Selasa, 14 Desember 2010

kalbar

MAKALAH

POTENSI DI BIDANG KELAUTAN DAN WILAYAH PANTAI DI KALIMANTAN BARAT









Nama :

YULIANUS RUSANDI ( 080401050033 )


MATA KULIAH : GEOGRAFI KELAUTAN
FAK / JUR : FKIP GEOGRAFI



UNIVERSITAS KANJURUHAN MALANG
2010
KATA PENGANTAR

Syukur kami panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa yang telah melimpahkan rahmat dan berkat-Nya sehingga kami dapat menyelesaikan makalah tentang ”Potensi Kelautan dan wilayah pantai diPovinsi Kalimantan Barat” ini dengan tepat waktu.
Kami megucapkan banyak terimakasih kepada berbagai pihak yang mendukung dalam penyusunan makalah ini terutama kepada:
1.Dosen mata kuliah Geografi Kelautan yang telah memberikan tugas membuat makalah ini sebagai pengganti Ujian Tengah Semester.
2.Dosen mata kuliah Geografi Kelautan yang telah memberikan petunjuk dan bimbingan dalam penyusunan makalah ini.
3.Teman-teman satu kelas (Geografi kelas A angkatan 2008) yang telah mendukung baik materiil maupun spirituil dalam penyusunan makalah ini.
4.Dan berbagai pihak yang terlibat dalam penyusunan makalah ini.

Kami menyadari bahwa makalah ini masih jauh dari sempurna. Oleh karena itu kami mengharapkan kritik dan saran dari berbagai pihak demi perbaikan makalah ini.
Besar harapan kami, semoga makalah ini dapat berguna bagi para mahasiswa dan masyarakat umum.




Malang, Mei 2010



Penulis


DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR………………………………………………………….
DAFTAR ISI……………………………………………………………………
BAB I PENDAHULUAN
A.Latar Belakang……………………………………………………..
B.RumusanMasalah ………………………………………………….
C.Tujuan Penulisan……………………………………………………
D.Manfaat Penulisan .............................................................................
BAB II KAJIAN PUSTAKA
A.Pengertian .....................................................................................
B.Pengertian Potensi Kelautan Dan di Wilayah Pantai........................
1.Pengertian potensi di wilayah pantai.......................................
2.pengertian potensi kelautan.......................................................

BAB III PEMBAHASAN
A.Potensi di Bidang Kelautan …………………………………..........
1.perikanan .....................................................................................
2.Sumber Daya Ikan Dan Daerah Perlindungan Laut......................
3.Masalah yang dihadapi ................................................................
4.Tuan Rumah di Laut Sendiri ........................................................
B.Potensi di Wilayah Pantai …………………………………….........
A.Jenis-jenis pantai yang ada di Kalimantan Barat .....................................
B.Daya Dukung Wilayah Pantai ...............................................................
C.Budi Daya Wilayah Pantai .....................................................................
BAB III PENUTUP
A.Kesimpulan…………………………………………………………
B.Saran...................................................................................................
Daftar rujukan …………………………………………………………………


BAB I
PENDAHULUAN

A.Latar Belakang
. Kalimantan Barat memiliki sumber daya kelautan dan perikanan yang sangat menjanjikan dengan garis pantai panjang 821 km. Potensi sumberdaya kelautan dan perikanan yang menjanjikan kesejahteraan bagi para nelayan di kalimantan Barat, ini dimungkinkan untuk mengembangkan budidaya laut dimana perairan laut di wilayah ini relatif belum tercemar oleh limbah industri dan ketersediaan benih yang cukup banyak serta menyebar secara merata.
Dalam sektor perikanan tangkap di propinsi Kalimantan Barat sampai saat ini masih memberikan kontribusi terbesar bagi pembangunan sektor perikanan secara keseluruhan. Hal ini disebabkan karena :
1.Potensi sumberdaya perikanan laut maupun perairan umumnya Kalimantan Barat cukup besar.
2.Penduduk Kalimantan Barat sebagian besar tinggal di daerah pesisir sehingga pada umumnya mereka memilih profesi sebagai nelayan serta
3.Pengetahuan tentang pembudidayaan ikan yang dimiliki masyarakat pesisir pada umumnya masih sangat terbatas.

Selain dibidang kelautan, hal lain yang memiliki potensi yang cukup besar dan sangat baik di kembangkan di Kalimantan Barat yaitu pada wilayah pantainya.

B Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang diatas, masalah yang dikaji dalam makalah ini adalah:
1.bagaimanakah potensi kelautan di Kalimantan Barat ?
2.bagaimanakah potensi di wilayah pantai di Kalimantan Barat ?




C. tujuan penulisan
Secara umum, tujuan penulisan makalah ini ialah untuk mendeskripsikan keadaan potensi kelautan dan wilayah pantai di Kalimantan Barat serta untuk memenuhi tugas mata kuliah Geografi Kelautan serta menambah wawasan kami tentang potensi-potensi yang ada di laut dan di wilayah pantai di Kalimantan Barat.
Secara khusus, tujuan yang hendak dicapai dalam makalah ini adalah:
1.Mengetahui potensi dibidang kelautan di Kalimantan Barat.
2.Mengetahui potensi di wilayah pantai di Kalimantan Barat

D. manfaat penulisan
1. Manfaat Teoritis
Makalah ini diharapkan dapat menjadi kajian dan refleksi bagi pemerintah kalimantan barat terutama dalam pembangunan di bidang pengembangan potensi kelautan dan wilayah pantai.
2. Manfaat Praktis
a.bagi pemerintah kalimantan barat diharapkan lebih efektif dalam memenuhi kebutuhan para nelayan dan pembangunan dalam bidang potensi pantai.
b.Bagi para pembaca dapat memahami keadaan dan potensi kelautan serta potensi diwilayah pantai di Kalimantan Barat.
c.makalah ini dapat digunakan sebagai referensi dalam penelitian, terutamama dalam bidang kelautan dan wilayah pantai di KalimantanBarat.









BAB II
KAJIAN PUSTAKA
A.Pengertian
Sebelum membahas lebih jauh tentang Potensi Kelautan dan wilayah pantai diPovinsi Kalimantan Barat.
Maka perlu terlebih dahulu dipaparkan definisi potensi kelautan dan wilayah pantai
B.Pengertian potensi kelautan dan di wilayah pantai
1.pengertian potensi kelautan
Potensi kelautan yaitu suatu potensi dilaut dimana laut tersebut memiliki kemampuan atau ketersediaan sumberdaya baik itu minyak bumi.ikan serta hal lain yang yang dapat dikelola untuk mencukupi dan memenuhi kebutuhan masyarakat.Suatu wilayah perairan laut dapat dikatakan sebagai “daerah penangkapan ikan” apabila terjadi interaksi antara sumberdaya ikan yang menjadi target penangkapan dengan teknologi penangkapan ikan yang digunakan untuk menangkap ikan. (Nelwan, Alfa, 2004. Pengembangan Kawasan Perairan Menjadi Daerah Penangkapan Ikan. Institut Pertanian Bogor. Hal 4.)

Secara umum masalah yang dihadapi dalam bidang perikanan laut di Kalimantan Barat banyak sekali maka seharusnya, untuk mengatasi masalah ini pemerintah Kalimantan Barat memberikan kebijakan dalam pengelolaan untuk menangani bidang perikanan laut.(Hutabarat,S dan Evans, S. 1984. Pengantar oseanografi. Jakarta: UI-Presshalaman 17).
2.Pengertian potensi di wilayah pantai
Wilayah pantai merupakan wilayah pertemuan antara daratan dan lautan. Perubahan-perubahan yang terjadi sebagai akibat proses endogen dan exogen akan dapat terlihat pada wilayah tersebut, baik perubahan dari geomorfologi, proses-proses erosi dan sedimentasi, jenis tanah dan batuan sedimen yang terbentuk, kondisi hidrogeologi, berbagai proses bencana alam, dan perubahan ekosistem maupun lingkungan manusia. (Makalah Pengmbangan Kawasan Wilayah Pantai Kaitannya dengan Geomorfologi oleh prof. Dott. Sampurno (departeman Geologi – ITB ) halaman 20 – 21 ).

Secara sederhana dalam makalah ini dibahas mengenai jenis-jenis pantai, daya dukung wilayah pantai, budi daya wilayah pantai (Makalah Pengembangan Kawasan Wilayah Pantai Kaitannya dengan Geomorfologi oleh prof. Dott. Sampurno (departeman Geologi – ITB halaman 21 – 23 ). pembahasan ini menjelaskan mengenai keadaan pantai di Kalimantan Barat secara keseluruhan.


























BAB III
PEMBAHASAN

A.POTENSI DI BIDANG KELAUTAN
Kalimantan Barat memiliki sumber daya kelautan dan perikanan yang sangat menjanjikan dengan garis pantai panjang 821 km. Dalam sektor perikanan tangkap di provinsi Kalimantan Barat sampai saat ini masih memberikan kontribusi terbesar bagi pembangunan sektor perikanan secara keseluruhan. Hal ini disebabkan karena :
1.Potensi sumber daya perikanan laut maupun perairan umum Kalimantan Barat cukup besar.
2.Penduduk Kalimantan Barat sebagian besar tinggal di daerah pesisir sehingga pada umumnya mereka memilih profesi sebagai nelayan.
3.Pengetahuan tentang pembudidayaan ikan yang dimiliki masyarakat pesisir pada umumnya masih sangat terbatas.

Melimpahnya sumber daya ikan laut dan semakin terbukanya akses pasar bagi komoditas hasil perikanan di Provinsi Kalimantan Barat telah memberikan peningkatan kesejahteraan bagi para nelayan.Dan tidak terasa, sudah lebih dari dua dasa warsa perkembangan sektor perikanan tangkap memberikan andil yang cukup besar bagi pembangunan ekonomi provinsi Kalimantan Barat.

2. Sumber Daya Ikan Dan Daerah Perlindungan Laut

Pengelolaan sumberdaya perikanan berbasis kawasan dan pembentukanan Daerah Perlindungan Laut merupakan salah satu model untuk mengoptimalkan pengelolaan dengan mempertimbangkan keseimbangan berbagai aspek seperti ekologi, ekonomi dan sosial.
Model pengelolaan ini didasari bahwa setiap wilayah perairan laut mempunyai karakteristik ekologi, ekonomi dan sosial yang berbeda, oleh karena itu penanganannya juga memerlukan pendekatan yang berbeda.
Sumber daya perikanan di perairan laut Kalimantan Barat dapat dikelompokan menjadi :
1. Sumber daya ikan di kawasan muara sungai.
2. Sumber daya ikan di perairan pantai.
3. Sumber daya ikan di perairan lepas pantai.
4. Sumber daya ikan di wilayah terumbu karang dan pulau-pulau kecil.

Di kawasan daerah perlindungan laut ini, semua nelayan dan masyarakat umum dilarang masuk dengan alasan apapun karena dikhawatirkan dapat mengganggu dan merusak habitat dan sumberdaya ikan yang hidup didalamnya.
Daerah perlindungan laut diperlukan tidak hanya untuk melindungi habitat dan berkembang biaknya sumberdaya ikan pada suatu kawasan perairan, akan tetapi secara ekonomi juga akan menjamin bahwa sumberdaya ikan hasil tangkapan nelayan berkualitas baik dengan volume yang stabil.
Dari aspek sosial keberadaan daerah perlindungan laut akan menjamin penyerapan tenaga kerja karena gejala overfishing dapat dihindarkan dan menghindari terjadinya konflik antar nelayan karena daerah perlindungan laut memiliki batas-batas wilayah pengelolaan yang jelas.

3. Masalah yang dihadapi
Secara umum masalah yang dihadapi dalam bidang perikanan laut di Kalimantan Barat adalah sebagai berikut :
1.Rendahnya kualitas sumberdaya manusia.
2.Lemahnya pemanfaatan teknologi di bidang kelautan dan perikanan.
3.Jaringan pemasaran yang sempit.
4.kesulitan dalam mengakses permodalan.

maka seharusnya, untuk mengatasi masalah ini pemerintah Kalimantan Barat memberikan kebijakan dalam pengelolaan untuk menangani bidang perikanan laut, antara lain:
1.Pembatasan terhadap penggunaan beberapa macam alat penangkapan dengan cara membatasi daerah penangkapannya.
2.Penangkapan terhadap kapal asing yang sering mencuri ikan di laut Kalimantan Barat agar nelayan di Kalimantan Barat tidak dirugikan.
3.Pengawasan yang ketat oleh pemerintah Kalimantan Barat agar penangkapan ikan oleh kapal-kapal yang menggunakan teknologi canggih serta menangkap ikan dalam jumlah yang banyak yang akan merusak ekosistem laut.
4.Menyediakan pelatihan kepada para nelayan agar mereka dapat meningkatkan kemampuan teknik penangkapan ikan dengan benar.
5.Menyediakan modal kredit bagi nelayan kecil untuk membantu mereka membeli alat-alat penangkapan ikan yang lebih modern.
6.Meningkatkan fasilitas pemasaran di pelabuhan ikan. Hal ini akan membantu nelayan dalam meningkatkan sistem pemasaran.
Kebijakan dalam pengelolaan untuk menangani bidang perikanan laut tersebut di atas di maksudkan agar para nelayan dapat meningkatkan pendapatan mereka serta meningkatkan kualitas mereka sebagai nelayan.

4. Tuan Rumah di Laut Sendiri
Ada satu prinsip yang harus dipegang dalam kebijakan perikanan dan kelautan saat ini dan yang akan datang bahwa Bagaimanapun juga nelayan Indonesia harus mampu menjadi tuan rumah di lautnya sendiri.Untuk mencapai hal tersebut, maka harus diupayakan mentransformasi para nelayan tradisional di Kalimantan Barat menjadi nelayan modern yang tangguh untuk memanfaatkan semua potensi sumberdaya ikan yang ada.
Selain itu dapat memainkan peran ganda dalam membantu menjalankan fungsi pengawasan terhadap berbagai praktek ilegal yang dilakukan di laut, terutama oleh nelayan-nelayan kapal asing yang masih berseliwuran menangkap ikan di perairan Indonesia tanpa dapat dihentikan.
Harapan-harapan tersebut memang tidaklah mudah tercapai dengan berbagai macam permasalahan mendasar yang masih tersimpan. Namun dengan keyakinan dan kekuatan yang digalang dari semua pihak, maka sumberdaya perikanan laut Indonesia khususnya di Kalimantan Barat dengan keanekaragaman yang melimpah dengan jumlah stok yang sangat besar akan tetap memberi harapan dan peluang yang sangat terbuka lebar untuk mewujudkannya.

B.POTENSI DI WILAYAH PANTAI
Wilayah pantai merupakan wilayah pertemuan antara daratan dan lautan. Perubahan-perubahan yang terjadi sebagai akibat proses endogen dan eksogen akan dapat terlihat pada wilayah tersebut, baik perubahan dari geomorfologi, proses-proses erosi dan sedimentasi, jenis tanah dan batuan sedimen yang terbentuk, kondisi hidrogeologi, berbagai proses bencana alam, dan perubahan ekosistem maupun lingkungan manusia. Berikut akan di paparka mengenai hal-hal yang berkaitan dengan wilayah pantai dikalimantan barat.
1. Jenis-jenis pantai yang ada di Kalimantan Barat
Bentuk-bentuk pantai ada berbagai macam sebagai akibat dari berbagai proses geologi yang membentuknya dan batuan serta struktur geologi yang mengendalikannya. Ada pantai yang berbentuk dataran yang landai baik yang sempit maupun yang lebar, atau pantai yang bertebing terjal dan berbatu-batu, dan berteluk-teluk. Berikut ini beberapa ulasan mengenai bentuk pantai yang terdapat di Kalimantan Barat.
a). Pantai berdataran yang luas dan panjang
Ada beberapa daerah Kalimantan Barat yang memiliki pantai seperti ini, pantai ini mempunyai ciri adanya dataran yang luas. Banyak yang lurus, dasar laut yang relatif dangkal dan merupakan hasil endapan sedimen dari daratan, dengan kemiringan kearah laut dalam secara gradual.
Kerja gelombang di pantai menghasilkan berbagai morfologi seperti pematang pantai laguna (lagoon) dengan dan delta. Banyak dari gejala tersebut di atas dibentuk karena munculnya dasar laut, ke permukaan. Dalam perkembangannya, kedua jenis pantai tersebut dapat berelevasi ke berbagai bentuk pantai.
b). Delta
Delta merupakan dataran di muara sungai yang terbentuk sebagai akibat dari endapan sedimen di laut yang berasal dari sungai. Berbagai bentuk delta dikenal tergantung kepada kondisi morfologi sungai, morfologi dataran, arah gelombang laut, kedalaman laut. Salah satu kota yang berdiri di atas delta di provinsi Kalimantan Barat yaitu kota Ketapang.


2. Daya Dukung Wilayah Pantai
Kawasan pantai di Kalimantan Barat umumnya merupakan wilayah pembangunan yang diminati. Hal tersebut disebabkan karena wilayah ini mengandung banyak hal yang memberi kemudahan dan memberi daya dukung untuk pembangunan. Kemudahan dan daya dukung tersebut adalah :
1.Wilayah pantai sebagian besar merupakan wilayah dataran dengan kemiringan lereng yang datar atau hampir datar, sehingga mudah dicapai dan banyak pembangunan dapat dilaksanakan.
2.Banyak sungai mengalir dan bermuara di wilayah pantai ini. Sungai dapat menjadi sumbu air tawar, dan muara sungai menjadi wilayah pelabuhan, misalnya sungai Kapuas, sungai Pawan, sungi Matan.
3.Tanah di wilayah dataran pantai mempunyai tanah yang lunak, gembur, berpori sehingga dapat menjadi akifer air tanah yang baik dan dangkal dibandingkan dengan wilayah pegunungan. Tanah yang lunak dan gembur merupakan tanah yang relatif mudah digarap menjadi kawasan pertanian dan sawah.
4.Wilayah pantai yang merupakan pertemuan antara daratan dan lautan pada umumnya mempunyai pemandangan yang indah dan mempesona, sehingga dapat berkembang menjadi daerah pariwisata bahari, lebih-lebih jika terdapat terumbu karang.Pantai yang pemandangannya indah di Kalimantan Barat antara lain:pantai Pasir Panjang, pantai Pulau Datok, pantai Tanjungbelandang.
5.Wilayah pantai terdapat berbagai ekosistem seperti wilayah hutan bakau, terumbu karang, laguna, muara sungai/delta, dan pantai landai berpasir.
6.Wilayah pantai juga dapat menjadi tempat pembudidayaan telur penyu dan tambak ikan.

3. Budi Daya Wilayah Pantai
Pantai memiliki banyak sekali potensi yang bisa di kembangkan misalnya seperti, pembangunan pusat pelabuhan agar memberi kemudahan transportasi bagi para penduduk, Bentuk pantai yang landai dapat memungkinkan untuk dikembangkan sebagai objek wisata, pada pesisir pantai dapat dikelola menjadi pembudidayaan telur penyu, serta dapat dijadikan pemukiman penduduk dan pembudidayaan ikan seperti tambak ikan.





























BAB IV
PENUTUP
A.Kesimpulan
Kalimantan Barat memiliki sumber daya kelautan dan perikanan yang sangat menjanjikan dengan garis pantai panjang 821 km. Dalam sektor perikanan tangkap di propinsi Kalimantan Barat sampai saat ini masih memberikan kontribusi terbesar bagi pembangunan sektor perikanan secara keseluruhan
Melihat potensi yang ada maka daerah Kalimantan Barat dimungkinkan untuk mengembangkan budidaya laut dimana perairan laut di wilayah ini relatif belum tercemar oleh limbah industri dan ketersediaan benih yang cukup banyak serta menyebar secara merata.
Pengelolaan wilayah pantainya juga harus diperhatikan dengan baik. Di sisi lain akibat pemanasan global air laut naik dan menyebabkan semakin terkikisnya wilayah pantai, selain itu pengelolaan pantai dibidang pariwisata, pembudidayaan ikan di tambak ikan dan pembudidayaan telur penyu di nilai masih kurang, padahal kalimantan barat memiliki potensi besar dalam hal tersebut.

B.Saran
Dalam pembangunan untuk wilayah laut dan pantai di Kalimantan Barat harus lebih ditingkatkan lagi karena sampai saat ini pembangunan di kedua sektor tersebut dinilai masih kurang. Kalimantan Barat memiliki banyak sekali potensi di bidang kelautan, dimana air lautnya yang belum tercemar serta ikannya yang relatif masih menjajikan. Di wilayah pantai, kalimantan Barat memiliki banyak sekali potensi yang bisa di kembangkan misalnya bentuk pantai yang landai dapat di jadikan objek wisata yang dapat menarik minat para pengunjung. Selain itu di wilayah pantai dapat pula di kelola untuk pembudidayaan telur penyu serta pembudidayaan ikan di tambak ikan.
Harapan-harapan tersebut memang tidaklah mudah tercapai dengan berbagai macam permasalahan mendasar yang masih tersimpan. Namun dengan keyakinan dan kekuatan yang digalang dari semua pihak, maka sumberdaya perikanan laut dan potensi di wilayah pantai khususnya di Kalimantan Barat akan tetap memberi harapan dan peluang yang sangat terbuka lebar untuk mewujudkannya.





























Daftar rujukan

Hutabarat,S dan Evans, S. 1984. Pengantar oseanografi. Jakarta: UI-Press
Nelwan, Alfa, 2004. Pengembangan Kawasan Perairan Menjadi Daerah Penangkapan ikan. Institut Pertanian Bogor
Makalah Pengmbangan Kawasan Wilayah Pantai Kaitannya dengan Geomorfologi oleh prof. Dott. Sampurno (departeman Geologi – ITB )
Bisnisukm.com/ potensi-masalah-solusiperikanan tangkap kalimantan barat
www.pontianakpost.com/index.php
http://www.penataanruang.net/taru/Makalah/Men_PRLautPesisir-ITS43.pdf.

Senin, 13 Desember 2010

goegrafi pertanian

TEKNIK PENGOLAHAN LAHAN BERBUKIT DAN KRITIS




Oleh :
Yulianus Rusandi
080401050033




UNIVERSITAS KANJURUHAN MALANG
FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN PROGRAM STUDI PENDIDIKAN GEOGRAFI
2010

TEKNIK PENGOLAHAN LAHAN BERBUKIT DAN KRITIS
Lahan adalah suatu wilayah daratan di permukaan bumi yang ciri-cirinya mencakup semua tanda pengenal atmosfer, tanah, geologi, relief dan populasi tumbuhan dan hewan, baik yang bersifat mantap maupun mendaur serta hasil kegiatan manusia masa lalu dan masa kini, sejauh hal-hal tadi berpengaruh signifikan atas penggunaan lahan pada masa kini dan masa mendatang (disadur dari FAO, 1977). Jadi lahan mempunyai ciri alami dan budaya.
Lahan akan bermakna bermacam-macam bagi bermacam-macam orang, tergantung pada pandangan seseorang terhadap lahan. Bagi seorang petani, lahan adalah kehidupan. Bagi penduduk kota, lahan adalah ruang atau tempat untuk mendirikan rumah atau bangunan lain. Bagi seorang pedagang, lahan adalah barang perekonomian yang dapat diperjualbelikan. Bagi seorang pengusaha tambang, lahan adalah longgolakan cebakan logam, batu bara atau minyak bumi. Bagi seorang anak, lahan adalah tempat berbain (chryst dan Pendleton, jr, 1958)
Lahan memunculkan dua masalah pokok, yaitu bagaimana hendaknya lahan digunakan dan bagaimana hak atas lahan di agihkan keberhasilan mengantisipasi perubahan keadaan masa depan (chryst dan Pendleton, jr, 1958). Perbedaan pandangan mengenai lahan dan fakta penggunaan lahan menyulitkan pencarian yang tepat atas kedua soal tersebut. Selain itu, pada pemanfaatan lahan terdapat beberapa faktor penghambat yang kurang mendukung bila dimanfaatkan. Untuk itu diperlukan teknik dalam pengolahan lahan.

A. Lahan Perbukitan
Semakin tinggi kemiringan suatu lahan maka tingkat erosi makin besar. Jika tanahnya terbentuk dari hasil vulkanis (letusan gunung api), maka tanahnya subur. Pada kawasan dataran rendah antara dua pegunungan (inter-mountain plain) dapat terbentuk endapan alluvial yang subur.
Lahan perbukitan yang potensial di Indonesia banyak dijumpai pada kawasan perbukitan yang hutannya masih baik (belum rusak).

1. Lahan Perbukitan Memiliki Ciri-Ciri:
 kemiringan 15 - 30%.
 perbedaan tinggi 10 - 300 m dari permukaan laut.
 kesuburan tanah tergantung pada batuan induk dan tingkat pelapukan.
Hubungan antara kemiringan dengan topografi
Symbol Kemiringan lereng topografi
1
2
3
4
5
6
7
8 Kurang dari 3%
3 - 15%
15 - 30%
30 - 50%
50 - 80%
80 - 100%
100 - 150%
150% - ke atas Datar
Berombak
Bergelombang
Berbukit
Curam
Sangat Curam
Terjal
Sangat Terjal

2. Pemanfaatan Lahan Di Perbukitan
Lahan di perbukitan umumnya dimanfaatkan untuk perkebunan, perhutanan, dan wisata pegunungan.
Kendala dalam pemanfaatan kawasan perbukitan antara lain:
a) terjadinya tanah longsor
b) Erosi
c) soil creep (tanah merayap).
Hal ini disebabkan lahan di kawasan perbukitan memiliki kemiringan yang relatif besar dibandingkan dengan lahan di pantai maupun di dataran rendah

3. Pelestarian Lahan Di Perbukitan
Usaha pencegahan terjadinya lahan kritis di perbukitan antara lain:
a. Penanaman pohon pelindung (tanaman penutup tanah)
Fungsinya untuk menghambat penghancuran tanah lapisan atas oleh air hujan. Jenis tanaman yang paling cocok adalah tanaman reboisasi (pinus, jati, rasamala, dan cemara).
b. Penanaman secara kontur
Yaitu melakukan penanaman searah dengan garis kontur. Fungsinya untuk menghambat kecepatan aliran air dan memperbesar resapan air.
c. Penggunaan tehnik pengolahan lahan secara baik
Yaitu pengolahan tanah menurut garis kontur. Fungsinya untuk menghambat aliran air.
d. Pembuatan teras. (sengkedan/terrassering)
Fungsinya untuk mengurangi panjang lereng, memperbesar resapan air, dan mengurangi erosi.
e. Pembuatan tanggul/guludan bersaluran
Fungsinya agar air hujan dapat tertampung dan meresap dalam tubuh

B. Lahan Kritis

1. Pengertian Lahan Kritis
Lahan kritis adalah lahan yang telah mengalami kerusakan secara fisik, kimia, dan biologis atau lahan yang tidak mempunyai nilai ekonomis. Untuk menilai kritis tidaknya suatu lahan, dapat dilihat dari kemampuan lahan tersebut. Sedangkan untuk mengetahui kemampuan suatu lahan dapat dilihat dari besarnya resiko ancaman atau hambatan dalam pemanfaatan lahan tersebut.

Berikut ini disajikan tabel yang menghubungkan, kelas kemampuan lahan dan resiko
ancaman/hambatan.

Tabel11.0: Kelas kemampuan lahan, sifat, dan resiko ancaman.

Kelas Topografi Sifat lahan Resiko ancaman
1.




2.



3.





4.




5.


6.



7.



8. hampir datar




lereng landai



lereng miring bergelombang




lereng miring dan berbukit



datar


lereng agak curam



lereng curam



lereng sangat curam
pengairan baik, mudah
diolah, kemampuan
menahan air baik, subur,
dan respon terhadap pupuk.

struktur tanah kurang baik, pengolahan harus hati-hati,
mengandung garam natrium.

untuk tanaman semusim tanahnya padas, kemampuan
menahan air rendah,
kandungan garam natrium
sedang

lapisan tanah tipis, kemam-
puan menahan air rendah,
kandungan garam natrium
tinggi.

tidak cocok untuk pertanian, tanahnya berbatu-batu

tanah berbatu-batu,
mengandung garam natrium sangat tinggi

tanah berbatu, hanya padang rumput



berbatu dan kemampuan menahan air sangat rendah ancaman erosi kecil, tidak terancam banjir.



ada ancaman erosi, terancam banjir


mudah tererosi





sangat mudah tererosi dan sering banjir.



selalu tergenang air


erosi kuat, tidakcocok untuk pertanian.

untuk erosi sangat kuat, perakaran sangat dangkal


tidak cocok untuk pertanian,
lebih sesuai dibiarkan (alami)


Bila ditinjau dari faktor penghambatnya, lahan kritis dapat dibagi menjadi :
1) Kritis fisik
Termasuk didalam kategori kritis fisik adalah tanah yang secara fisik telah mengalami kerusakan, sehingga dalam mengusahakannya perlu masukan investasi yang cukup besar.
Ciri visual yang dapat dilihat di lapangan dari lahan berbukit dan kritis ini adalah:
a) Tanah mempunyai kedalaman solum yang dangkal dengan top soil produktif yang tipis atau yang telah hilang sama sekali.
b) Pada bagian tertentu atau keseluruhan dapat dilidat adanya lapisan padas, sub soil, atau bahan induk tanah yang tersembul di permukaan.
2) Kritis kimia
Termasuk didalam tanah kritis kimia adalah tanah yang bila ditinjau dari tingkat kesuburan kimiawi, salinitas tidak memberikan dukungan positif apabila tanah tersebut diusahakan sebagai lahan pertanian
a) Tanah menunjukan gejala penurunan produktifitas
b) Tanah mempunyai solum yang dangkal dan top soil yang produktif yang tipis atau yang telah hilang sama sekali
c) Pada bagian tertentu atau keseluruhan dapat dilihat adanya lapisan pada sub soil atau induk tanah yang tersembul di permukaan
3) Kritis sosial ekonomi
Termasik dalam kategori ini adalah tanah-tanah kritis dan terlantar sebagai akibat beberapa faktor sosial ekonomi sebagai kendala dalam usaha-usaha penyalahgunaan lahan tersebut.
4) Kritis hidro-orologis
Tanah kritis disini keadaannya sedemikian rupa dimana tanah tidak mampu lagi mempertahankan fungsinya sebagai pengatur tata air. Hal ini disebabkan terganggunya daya penahan, penyerap dan penyimpanan air dari tanah.
Kondisi kritis hidro-orologis dapat dilihat dilapangan menurut banyaknya vegetasi yang tumbuh diatas tanah. Tanpa pemberian air, sebagian besar jenis vegetasi diatasnya tidak lagi tumbuh dan berkembang dengan baik dalam keadaan kritis
Faktor- Faktor Yang Menyebabkan Terjadinya Lahan Kritis, Antara Lain Sebagai Berikut:
 Kekeringan, biasanya terjadi di daerah-daerah bayangan hujan.
 Genangan air yang terus-menerus, seperti di daerah pantai yang selalu tertutup rawa-rawa.
 Erosi tanah dan masswasting yang biasanya terjadi di daerah dataran tinggi, pegunungan, dan daerah yang miring. Masswasting adalah gerakan masa tanah menuruni lereng.
 Pengolahan lahan yang kurang memperhatikan aspek-aspek kelestarian lingkungan. Lahan kritis dapat terjadi di dataran tinggi, pegunungan, daerah yang miring, atau bahkan di dataran rendah.
 Masuknya material yang dapat bertahan lama kelahan pertanian (tak dapat diuraikan oleh bakteri) misalnya plastic. Plastik dapat bertahan ± 200 tahun di dalam tanah sehingga sangat mengganggu kelestaian kesuburan tanah.




2. Ciri-Ciri Lahan Kritis

a. Ciri-ciri Lahan Kritis dilihat dari sudut Pertanian
1) Tidak Subur
Lahan tidak subur adalah lahan yang sedikit mengandung mineral yang dibutuhkan untuk pertumbuhan tanaman. Umumnya lahan tidak subur terdapat di daerah yang resiko ancamannya besar (ancaman erosi dan banjir).
2) Miskin Humus
Lahan yang miskin humus umumnya kurang baik untuk dijadikan lahan pertanian, karena tanahnya kurang subur.
Tanah Humus adalah tanah yang telah bercampur dengan daun dan ranting pohon yang telah membusuk. Tanah humus dapat dijumpai di daerah yang tumbuhannya lebat, contohnya hutan primer. Sedangkan lahan yang miskin humus adalah lahan yang terdapat di daerah yang miskin atau jarang tumbuhan, contohnya kawasan pegunungan yang hutannya rusak.

b. Ciri-Ciri Lahan Kritis Untuk Permukiman
Ciri-ciri lahan kritis untuk permukiman yaitu:
1) Daya dukung tanah rendah,
artinya tidak mampu menahan beban dalam ton tiap satu meter kubik. Sehingga bila didirikan bangunan di atasnya, bangunan tersebut akan roboh (amblas).
2) Fluktuasi air tidak baik,
artinya air tanahnya terlalu dangkal atau terlalu dalam. Hal ini dapat mempengaruhi bangunan dan kesehatan penduduk yang tinggal di atas lahan tersebut.

3) Topografi
Topografi yang tidak cocok untuk permukiman adalah yang kemiringannya lebih dari 3%. Karena topografi dengan kemiringan lebih dari 3% resiko ancaman bencana alam seperti tanah longsor dan banjir besar. Hal ini dapat mengganggu kenyamanan hunian dan keamanan dari bencana alam tersebut.

3. Persebaran Lahan Kritis
Berikut ini akan dijelaskan tentang persebaran lahan kritis dan penyebabnya.
a. Lahan Kritis di Kawasan Pantai
Kawasan pantai akan menjadi lahan kritis, jika terjadi pengikisan pantai oleh gelombang laut (abrasi) yang kuat. Abrasi dapat menyebabkan lapisan sedimen (endapan) akan hancur dan lenyap. Peristiwa ini terjadi pada muara sungai yang pantainya terbuka dengan gelombang laut yang besar, seperti di daerah muara sungai Progo (DI. Yogyakarta) dan muara sungai Cimanuk (Jawa Barat).
b. Lahan Kritis di Kawasan Dataran Rendah
Lahan kritis di kawasan dataran rendah terjadi akibat adanya genangan air atau proses sedimentasi (pengendapan) bahan yang menutupi lapisan tanah yang subur. Genangan air terjadi karena tanahnya lebih rendah dari daerah sekitarnya, sehingga waktu hujan lebat terjadi banjir dan air menggenang. Lahan kritis di dataran rendah dapat dijumpai pada daerah sekitar Demak (jawa Tengah), Lamongan, Gresik, Bojonegoro, dan Tuban (Jawa Timur).

c. Lahan Kritis di Kawasan Pegunungan/Perbukitan
Lahan kritis di kawasan pegunungan terjadi akibat adanya longsor, erosi atau soil creep (tanah merayap). Lapisan tanah yang paling atas (top soil) terkelupas, sisanya tanah yang tandus bahkan sering merupakan batuan padas (keras). Hal ini sering terjadi di kawasan pegunungan dengan lereng terjal dan miskin tumbuhan penutup.
Lahan kritis di kawasan pegunungan banyak dijumpai pada pegunungan yang hutannya telah rusak. Lahan kritis kawasan pegunungan di Indonesia antara lain di pegunungan Kendeng Utara (Jawa Timur) dan sekitar gunung Ciremai (Jawa Barat).

C. Cara pemanfaatan dan Pelestarian Lahan Berbukit Dan Kritis
Agar lahan berbukit dan kritis dapat memberikan daya dukung terhadap kehidupan manusia dalam waktu yang relatif lama, maka harus dilakukan upaya pelestarian.
Usaha pelestarian lahan ini berkaitan erat dengan usaha pengawetan tanah atau pengontrolan erosi. Secara garis besar usaha pelestarian/pengawetan tanah dibagi menjadi dua, yaitu:


1. Metode Vegetatif
Metode vegetatif adalah metode pengawetan tanah dengan cara menanam vegetasi (tumbuhan) pada lahan yang dilestarikan. Metode ini sangat efektif (tepat) dalam pengontrolan erosi. Ada beberapa cara mengawetkan tanah melalui metode vegetatif antara lain:
a. Penghijauan
yaitu penanaman kembali lahan gundul dengan jenis tanaman tahunaan. Jenis tanamannya antara lain, akasia,angsana, flamboyan. Fungsinya untuk mencegah erosi, mempertahankan kesuburan tanah, dan menyerap debu/kotoran di udara lapisan bawah.
b. Reboisasi
yaitu penanaman kembali hutan gundul dengan jenis tanaman keras. Jenis tanamannya antara lain, pinus, jati, rasamala, dan cemara. Fungsinya untuk menahan erosi dan diambil hasilnya (kayunya).
c. Penanaman secara kontur (contour strip cropping)
yaitu menanam tanaman searah dengan garis kontur. Fungsinya untuk menghambat kecepatan aliran air dan memperbesar resapan air ke dalam tanah. Cara ini sangat cocok dilakukan pada lahan dengan kemiringan 3 - 8%.

d. Penanaman tumbuhan penutup tanah (bufering)
yaitu menanam lahan dengan tumbuhan keras (pinus, jati, cemara). Fungsinya untuk menghambat penghancuran tanah permukaan oleh air hujan, memperlambat erosi dan memperkaya bahan organik tanah.
e. Penanaman tanaman secara berbaris (strip cropping)
yaitu melakukan penanaman berbagai jenis tanaman secara berbaris (larikan). Penanaman berbaris tegak lurus terhadap arah aliran air atau arah angin.
Pada daerah yang hampir datar jarak tanaman diperbesar, pada kemiringan lebih dari 8% jarak tanaman dipersempit. Fungsinya untuk mengurangi kecepatan erosi dan mempertahankan kesuburan tanah.
f. Pergiliran tanaman (croprotation)
yaitu penanaman tanaman secara bergantian (bergilir) dalam satu lahan. Jenis tanamannya disesuaikan dengan musim. Fungsinya untuk menjaga agar kesuburan tanah tidak berkurang.

2. Metode Mekanik
Metode mekanik adalah metode mengawetkan tanah melalui tehnik-tehnik pengolahan tanah yang dapat memperlambat aliran air. Beberapa cara yang umum dilakukan pada metode mekanik antara lain:
a. Pengolahan tanah menurut garis kontur (contour village)
yaitu pengolahan tanah sejajar dengan garis kontur. Fungsinya untuk menghambat aliran air dan memperbesar resapan air.
b. Pembuatan tanggul/pematang/guludan bersaluran
Pembuatan tanggul sejajar dengan kontur. Fungsinya agar air hujan dapat tertampung dan meresap dalam tanah. Pada tanggulnya dapat ditanami palawija.
c. Pembuatan teras (terrassering)
yaitu membuat teras-teras (tangga-tangga) pada lahan miring dengan lereng yang panjang. Fungsinya untuk memperpendek panjang lereng, memperbesar resapan air dan mengurangi erosi.
d. Pembuatan saluran air (drainase)
Saluran pelepasan air ini dibuat untuk memotong lereng panjang menjadi lereng yang pendek. Sehingga aliran air dapat diperlambat dan mengatur aliran air sampai ke sungai.


D. Kesimpulan

Berdasarkan pembahasan yang telah dikemukakan sebelumnya, maka dapat diambil kesimpulan sebagai berikut :
1. Lahan adalah suatu wilayah daratan bumi yang ciri-cirinya mencakup semua tanda pengenal atmosfer, tanah, geogoli, relief dan polulasi tumbuhan dan hewan, baik yang bersifat mantap maupun mendaur serta hasil kegiatan manusia masa lalu dan masa kini, sejauh hal-hal tadi berpengaruh signifikan atas penggunaan lahan pada masa kini dan masa mendatang
2. Lahan Pegunungan/Perbukitan Memiliki Ciri-Ciri: kemiringan 15 - 30%, perbedaan tinggi 10 - 300 m dari permukaan laut, kesuburan tanah tergantung pada batuan induk dan tingkat pelapukan.
3. Lahan kritis adalah lahan yang telah mengalami kerusakan secara fisik, kimia, dan biologis
sehingga tidak mempunyai nilai ekonomi lagi.
Untuk menilai kritis tidaknya suatu lahan, dapat dilihat dari kemampuan lahan berdasarkan
besarnya resiko ancaman atau hambatan yang dihadapi dalam pemanfaatan lahan
tersebut.
4. Pemanfaatan dan pelestarian lahan berbukit dan kritis perlu dilakukan dengan pertimbangan bahwa lahan merupakan sumber daya alam yang potensial, sehingga dalam pembangunan nasional yang berwawasan lingkungan upaya tersebut, diarahkan agar memberikan manfaat yang sebesar-besarnya dalam waktu yang cukup lama.





































Daftar Pustaka


Munir, Moh.2003. Geologi Lingkungan. Malang: PT Banyumedia.
Romenah, modul Geografi I Lahan Potensial Dan Lahan Kritis, 2007.
Tim Geografi, Geografi I SMU, Jakarta: Yudistira, 1994.
Tim MGMP Geografi SMU DKI Jakarta, Geografi SMU IA, Jakarta: Erlangga, 1994.
http://m.antaranews.com