Selasa, 14 Desember 2010

kalbar

MAKALAH

POTENSI DI BIDANG KELAUTAN DAN WILAYAH PANTAI DI KALIMANTAN BARAT









Nama :

YULIANUS RUSANDI ( 080401050033 )


MATA KULIAH : GEOGRAFI KELAUTAN
FAK / JUR : FKIP GEOGRAFI



UNIVERSITAS KANJURUHAN MALANG
2010
KATA PENGANTAR

Syukur kami panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa yang telah melimpahkan rahmat dan berkat-Nya sehingga kami dapat menyelesaikan makalah tentang ”Potensi Kelautan dan wilayah pantai diPovinsi Kalimantan Barat” ini dengan tepat waktu.
Kami megucapkan banyak terimakasih kepada berbagai pihak yang mendukung dalam penyusunan makalah ini terutama kepada:
1.Dosen mata kuliah Geografi Kelautan yang telah memberikan tugas membuat makalah ini sebagai pengganti Ujian Tengah Semester.
2.Dosen mata kuliah Geografi Kelautan yang telah memberikan petunjuk dan bimbingan dalam penyusunan makalah ini.
3.Teman-teman satu kelas (Geografi kelas A angkatan 2008) yang telah mendukung baik materiil maupun spirituil dalam penyusunan makalah ini.
4.Dan berbagai pihak yang terlibat dalam penyusunan makalah ini.

Kami menyadari bahwa makalah ini masih jauh dari sempurna. Oleh karena itu kami mengharapkan kritik dan saran dari berbagai pihak demi perbaikan makalah ini.
Besar harapan kami, semoga makalah ini dapat berguna bagi para mahasiswa dan masyarakat umum.




Malang, Mei 2010



Penulis


DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR………………………………………………………….
DAFTAR ISI……………………………………………………………………
BAB I PENDAHULUAN
A.Latar Belakang……………………………………………………..
B.RumusanMasalah ………………………………………………….
C.Tujuan Penulisan……………………………………………………
D.Manfaat Penulisan .............................................................................
BAB II KAJIAN PUSTAKA
A.Pengertian .....................................................................................
B.Pengertian Potensi Kelautan Dan di Wilayah Pantai........................
1.Pengertian potensi di wilayah pantai.......................................
2.pengertian potensi kelautan.......................................................

BAB III PEMBAHASAN
A.Potensi di Bidang Kelautan …………………………………..........
1.perikanan .....................................................................................
2.Sumber Daya Ikan Dan Daerah Perlindungan Laut......................
3.Masalah yang dihadapi ................................................................
4.Tuan Rumah di Laut Sendiri ........................................................
B.Potensi di Wilayah Pantai …………………………………….........
A.Jenis-jenis pantai yang ada di Kalimantan Barat .....................................
B.Daya Dukung Wilayah Pantai ...............................................................
C.Budi Daya Wilayah Pantai .....................................................................
BAB III PENUTUP
A.Kesimpulan…………………………………………………………
B.Saran...................................................................................................
Daftar rujukan …………………………………………………………………


BAB I
PENDAHULUAN

A.Latar Belakang
. Kalimantan Barat memiliki sumber daya kelautan dan perikanan yang sangat menjanjikan dengan garis pantai panjang 821 km. Potensi sumberdaya kelautan dan perikanan yang menjanjikan kesejahteraan bagi para nelayan di kalimantan Barat, ini dimungkinkan untuk mengembangkan budidaya laut dimana perairan laut di wilayah ini relatif belum tercemar oleh limbah industri dan ketersediaan benih yang cukup banyak serta menyebar secara merata.
Dalam sektor perikanan tangkap di propinsi Kalimantan Barat sampai saat ini masih memberikan kontribusi terbesar bagi pembangunan sektor perikanan secara keseluruhan. Hal ini disebabkan karena :
1.Potensi sumberdaya perikanan laut maupun perairan umumnya Kalimantan Barat cukup besar.
2.Penduduk Kalimantan Barat sebagian besar tinggal di daerah pesisir sehingga pada umumnya mereka memilih profesi sebagai nelayan serta
3.Pengetahuan tentang pembudidayaan ikan yang dimiliki masyarakat pesisir pada umumnya masih sangat terbatas.

Selain dibidang kelautan, hal lain yang memiliki potensi yang cukup besar dan sangat baik di kembangkan di Kalimantan Barat yaitu pada wilayah pantainya.

B Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang diatas, masalah yang dikaji dalam makalah ini adalah:
1.bagaimanakah potensi kelautan di Kalimantan Barat ?
2.bagaimanakah potensi di wilayah pantai di Kalimantan Barat ?




C. tujuan penulisan
Secara umum, tujuan penulisan makalah ini ialah untuk mendeskripsikan keadaan potensi kelautan dan wilayah pantai di Kalimantan Barat serta untuk memenuhi tugas mata kuliah Geografi Kelautan serta menambah wawasan kami tentang potensi-potensi yang ada di laut dan di wilayah pantai di Kalimantan Barat.
Secara khusus, tujuan yang hendak dicapai dalam makalah ini adalah:
1.Mengetahui potensi dibidang kelautan di Kalimantan Barat.
2.Mengetahui potensi di wilayah pantai di Kalimantan Barat

D. manfaat penulisan
1. Manfaat Teoritis
Makalah ini diharapkan dapat menjadi kajian dan refleksi bagi pemerintah kalimantan barat terutama dalam pembangunan di bidang pengembangan potensi kelautan dan wilayah pantai.
2. Manfaat Praktis
a.bagi pemerintah kalimantan barat diharapkan lebih efektif dalam memenuhi kebutuhan para nelayan dan pembangunan dalam bidang potensi pantai.
b.Bagi para pembaca dapat memahami keadaan dan potensi kelautan serta potensi diwilayah pantai di Kalimantan Barat.
c.makalah ini dapat digunakan sebagai referensi dalam penelitian, terutamama dalam bidang kelautan dan wilayah pantai di KalimantanBarat.









BAB II
KAJIAN PUSTAKA
A.Pengertian
Sebelum membahas lebih jauh tentang Potensi Kelautan dan wilayah pantai diPovinsi Kalimantan Barat.
Maka perlu terlebih dahulu dipaparkan definisi potensi kelautan dan wilayah pantai
B.Pengertian potensi kelautan dan di wilayah pantai
1.pengertian potensi kelautan
Potensi kelautan yaitu suatu potensi dilaut dimana laut tersebut memiliki kemampuan atau ketersediaan sumberdaya baik itu minyak bumi.ikan serta hal lain yang yang dapat dikelola untuk mencukupi dan memenuhi kebutuhan masyarakat.Suatu wilayah perairan laut dapat dikatakan sebagai “daerah penangkapan ikan” apabila terjadi interaksi antara sumberdaya ikan yang menjadi target penangkapan dengan teknologi penangkapan ikan yang digunakan untuk menangkap ikan. (Nelwan, Alfa, 2004. Pengembangan Kawasan Perairan Menjadi Daerah Penangkapan Ikan. Institut Pertanian Bogor. Hal 4.)

Secara umum masalah yang dihadapi dalam bidang perikanan laut di Kalimantan Barat banyak sekali maka seharusnya, untuk mengatasi masalah ini pemerintah Kalimantan Barat memberikan kebijakan dalam pengelolaan untuk menangani bidang perikanan laut.(Hutabarat,S dan Evans, S. 1984. Pengantar oseanografi. Jakarta: UI-Presshalaman 17).
2.Pengertian potensi di wilayah pantai
Wilayah pantai merupakan wilayah pertemuan antara daratan dan lautan. Perubahan-perubahan yang terjadi sebagai akibat proses endogen dan exogen akan dapat terlihat pada wilayah tersebut, baik perubahan dari geomorfologi, proses-proses erosi dan sedimentasi, jenis tanah dan batuan sedimen yang terbentuk, kondisi hidrogeologi, berbagai proses bencana alam, dan perubahan ekosistem maupun lingkungan manusia. (Makalah Pengmbangan Kawasan Wilayah Pantai Kaitannya dengan Geomorfologi oleh prof. Dott. Sampurno (departeman Geologi – ITB ) halaman 20 – 21 ).

Secara sederhana dalam makalah ini dibahas mengenai jenis-jenis pantai, daya dukung wilayah pantai, budi daya wilayah pantai (Makalah Pengembangan Kawasan Wilayah Pantai Kaitannya dengan Geomorfologi oleh prof. Dott. Sampurno (departeman Geologi – ITB halaman 21 – 23 ). pembahasan ini menjelaskan mengenai keadaan pantai di Kalimantan Barat secara keseluruhan.


























BAB III
PEMBAHASAN

A.POTENSI DI BIDANG KELAUTAN
Kalimantan Barat memiliki sumber daya kelautan dan perikanan yang sangat menjanjikan dengan garis pantai panjang 821 km. Dalam sektor perikanan tangkap di provinsi Kalimantan Barat sampai saat ini masih memberikan kontribusi terbesar bagi pembangunan sektor perikanan secara keseluruhan. Hal ini disebabkan karena :
1.Potensi sumber daya perikanan laut maupun perairan umum Kalimantan Barat cukup besar.
2.Penduduk Kalimantan Barat sebagian besar tinggal di daerah pesisir sehingga pada umumnya mereka memilih profesi sebagai nelayan.
3.Pengetahuan tentang pembudidayaan ikan yang dimiliki masyarakat pesisir pada umumnya masih sangat terbatas.

Melimpahnya sumber daya ikan laut dan semakin terbukanya akses pasar bagi komoditas hasil perikanan di Provinsi Kalimantan Barat telah memberikan peningkatan kesejahteraan bagi para nelayan.Dan tidak terasa, sudah lebih dari dua dasa warsa perkembangan sektor perikanan tangkap memberikan andil yang cukup besar bagi pembangunan ekonomi provinsi Kalimantan Barat.

2. Sumber Daya Ikan Dan Daerah Perlindungan Laut

Pengelolaan sumberdaya perikanan berbasis kawasan dan pembentukanan Daerah Perlindungan Laut merupakan salah satu model untuk mengoptimalkan pengelolaan dengan mempertimbangkan keseimbangan berbagai aspek seperti ekologi, ekonomi dan sosial.
Model pengelolaan ini didasari bahwa setiap wilayah perairan laut mempunyai karakteristik ekologi, ekonomi dan sosial yang berbeda, oleh karena itu penanganannya juga memerlukan pendekatan yang berbeda.
Sumber daya perikanan di perairan laut Kalimantan Barat dapat dikelompokan menjadi :
1. Sumber daya ikan di kawasan muara sungai.
2. Sumber daya ikan di perairan pantai.
3. Sumber daya ikan di perairan lepas pantai.
4. Sumber daya ikan di wilayah terumbu karang dan pulau-pulau kecil.

Di kawasan daerah perlindungan laut ini, semua nelayan dan masyarakat umum dilarang masuk dengan alasan apapun karena dikhawatirkan dapat mengganggu dan merusak habitat dan sumberdaya ikan yang hidup didalamnya.
Daerah perlindungan laut diperlukan tidak hanya untuk melindungi habitat dan berkembang biaknya sumberdaya ikan pada suatu kawasan perairan, akan tetapi secara ekonomi juga akan menjamin bahwa sumberdaya ikan hasil tangkapan nelayan berkualitas baik dengan volume yang stabil.
Dari aspek sosial keberadaan daerah perlindungan laut akan menjamin penyerapan tenaga kerja karena gejala overfishing dapat dihindarkan dan menghindari terjadinya konflik antar nelayan karena daerah perlindungan laut memiliki batas-batas wilayah pengelolaan yang jelas.

3. Masalah yang dihadapi
Secara umum masalah yang dihadapi dalam bidang perikanan laut di Kalimantan Barat adalah sebagai berikut :
1.Rendahnya kualitas sumberdaya manusia.
2.Lemahnya pemanfaatan teknologi di bidang kelautan dan perikanan.
3.Jaringan pemasaran yang sempit.
4.kesulitan dalam mengakses permodalan.

maka seharusnya, untuk mengatasi masalah ini pemerintah Kalimantan Barat memberikan kebijakan dalam pengelolaan untuk menangani bidang perikanan laut, antara lain:
1.Pembatasan terhadap penggunaan beberapa macam alat penangkapan dengan cara membatasi daerah penangkapannya.
2.Penangkapan terhadap kapal asing yang sering mencuri ikan di laut Kalimantan Barat agar nelayan di Kalimantan Barat tidak dirugikan.
3.Pengawasan yang ketat oleh pemerintah Kalimantan Barat agar penangkapan ikan oleh kapal-kapal yang menggunakan teknologi canggih serta menangkap ikan dalam jumlah yang banyak yang akan merusak ekosistem laut.
4.Menyediakan pelatihan kepada para nelayan agar mereka dapat meningkatkan kemampuan teknik penangkapan ikan dengan benar.
5.Menyediakan modal kredit bagi nelayan kecil untuk membantu mereka membeli alat-alat penangkapan ikan yang lebih modern.
6.Meningkatkan fasilitas pemasaran di pelabuhan ikan. Hal ini akan membantu nelayan dalam meningkatkan sistem pemasaran.
Kebijakan dalam pengelolaan untuk menangani bidang perikanan laut tersebut di atas di maksudkan agar para nelayan dapat meningkatkan pendapatan mereka serta meningkatkan kualitas mereka sebagai nelayan.

4. Tuan Rumah di Laut Sendiri
Ada satu prinsip yang harus dipegang dalam kebijakan perikanan dan kelautan saat ini dan yang akan datang bahwa Bagaimanapun juga nelayan Indonesia harus mampu menjadi tuan rumah di lautnya sendiri.Untuk mencapai hal tersebut, maka harus diupayakan mentransformasi para nelayan tradisional di Kalimantan Barat menjadi nelayan modern yang tangguh untuk memanfaatkan semua potensi sumberdaya ikan yang ada.
Selain itu dapat memainkan peran ganda dalam membantu menjalankan fungsi pengawasan terhadap berbagai praktek ilegal yang dilakukan di laut, terutama oleh nelayan-nelayan kapal asing yang masih berseliwuran menangkap ikan di perairan Indonesia tanpa dapat dihentikan.
Harapan-harapan tersebut memang tidaklah mudah tercapai dengan berbagai macam permasalahan mendasar yang masih tersimpan. Namun dengan keyakinan dan kekuatan yang digalang dari semua pihak, maka sumberdaya perikanan laut Indonesia khususnya di Kalimantan Barat dengan keanekaragaman yang melimpah dengan jumlah stok yang sangat besar akan tetap memberi harapan dan peluang yang sangat terbuka lebar untuk mewujudkannya.

B.POTENSI DI WILAYAH PANTAI
Wilayah pantai merupakan wilayah pertemuan antara daratan dan lautan. Perubahan-perubahan yang terjadi sebagai akibat proses endogen dan eksogen akan dapat terlihat pada wilayah tersebut, baik perubahan dari geomorfologi, proses-proses erosi dan sedimentasi, jenis tanah dan batuan sedimen yang terbentuk, kondisi hidrogeologi, berbagai proses bencana alam, dan perubahan ekosistem maupun lingkungan manusia. Berikut akan di paparka mengenai hal-hal yang berkaitan dengan wilayah pantai dikalimantan barat.
1. Jenis-jenis pantai yang ada di Kalimantan Barat
Bentuk-bentuk pantai ada berbagai macam sebagai akibat dari berbagai proses geologi yang membentuknya dan batuan serta struktur geologi yang mengendalikannya. Ada pantai yang berbentuk dataran yang landai baik yang sempit maupun yang lebar, atau pantai yang bertebing terjal dan berbatu-batu, dan berteluk-teluk. Berikut ini beberapa ulasan mengenai bentuk pantai yang terdapat di Kalimantan Barat.
a). Pantai berdataran yang luas dan panjang
Ada beberapa daerah Kalimantan Barat yang memiliki pantai seperti ini, pantai ini mempunyai ciri adanya dataran yang luas. Banyak yang lurus, dasar laut yang relatif dangkal dan merupakan hasil endapan sedimen dari daratan, dengan kemiringan kearah laut dalam secara gradual.
Kerja gelombang di pantai menghasilkan berbagai morfologi seperti pematang pantai laguna (lagoon) dengan dan delta. Banyak dari gejala tersebut di atas dibentuk karena munculnya dasar laut, ke permukaan. Dalam perkembangannya, kedua jenis pantai tersebut dapat berelevasi ke berbagai bentuk pantai.
b). Delta
Delta merupakan dataran di muara sungai yang terbentuk sebagai akibat dari endapan sedimen di laut yang berasal dari sungai. Berbagai bentuk delta dikenal tergantung kepada kondisi morfologi sungai, morfologi dataran, arah gelombang laut, kedalaman laut. Salah satu kota yang berdiri di atas delta di provinsi Kalimantan Barat yaitu kota Ketapang.


2. Daya Dukung Wilayah Pantai
Kawasan pantai di Kalimantan Barat umumnya merupakan wilayah pembangunan yang diminati. Hal tersebut disebabkan karena wilayah ini mengandung banyak hal yang memberi kemudahan dan memberi daya dukung untuk pembangunan. Kemudahan dan daya dukung tersebut adalah :
1.Wilayah pantai sebagian besar merupakan wilayah dataran dengan kemiringan lereng yang datar atau hampir datar, sehingga mudah dicapai dan banyak pembangunan dapat dilaksanakan.
2.Banyak sungai mengalir dan bermuara di wilayah pantai ini. Sungai dapat menjadi sumbu air tawar, dan muara sungai menjadi wilayah pelabuhan, misalnya sungai Kapuas, sungai Pawan, sungi Matan.
3.Tanah di wilayah dataran pantai mempunyai tanah yang lunak, gembur, berpori sehingga dapat menjadi akifer air tanah yang baik dan dangkal dibandingkan dengan wilayah pegunungan. Tanah yang lunak dan gembur merupakan tanah yang relatif mudah digarap menjadi kawasan pertanian dan sawah.
4.Wilayah pantai yang merupakan pertemuan antara daratan dan lautan pada umumnya mempunyai pemandangan yang indah dan mempesona, sehingga dapat berkembang menjadi daerah pariwisata bahari, lebih-lebih jika terdapat terumbu karang.Pantai yang pemandangannya indah di Kalimantan Barat antara lain:pantai Pasir Panjang, pantai Pulau Datok, pantai Tanjungbelandang.
5.Wilayah pantai terdapat berbagai ekosistem seperti wilayah hutan bakau, terumbu karang, laguna, muara sungai/delta, dan pantai landai berpasir.
6.Wilayah pantai juga dapat menjadi tempat pembudidayaan telur penyu dan tambak ikan.

3. Budi Daya Wilayah Pantai
Pantai memiliki banyak sekali potensi yang bisa di kembangkan misalnya seperti, pembangunan pusat pelabuhan agar memberi kemudahan transportasi bagi para penduduk, Bentuk pantai yang landai dapat memungkinkan untuk dikembangkan sebagai objek wisata, pada pesisir pantai dapat dikelola menjadi pembudidayaan telur penyu, serta dapat dijadikan pemukiman penduduk dan pembudidayaan ikan seperti tambak ikan.





























BAB IV
PENUTUP
A.Kesimpulan
Kalimantan Barat memiliki sumber daya kelautan dan perikanan yang sangat menjanjikan dengan garis pantai panjang 821 km. Dalam sektor perikanan tangkap di propinsi Kalimantan Barat sampai saat ini masih memberikan kontribusi terbesar bagi pembangunan sektor perikanan secara keseluruhan
Melihat potensi yang ada maka daerah Kalimantan Barat dimungkinkan untuk mengembangkan budidaya laut dimana perairan laut di wilayah ini relatif belum tercemar oleh limbah industri dan ketersediaan benih yang cukup banyak serta menyebar secara merata.
Pengelolaan wilayah pantainya juga harus diperhatikan dengan baik. Di sisi lain akibat pemanasan global air laut naik dan menyebabkan semakin terkikisnya wilayah pantai, selain itu pengelolaan pantai dibidang pariwisata, pembudidayaan ikan di tambak ikan dan pembudidayaan telur penyu di nilai masih kurang, padahal kalimantan barat memiliki potensi besar dalam hal tersebut.

B.Saran
Dalam pembangunan untuk wilayah laut dan pantai di Kalimantan Barat harus lebih ditingkatkan lagi karena sampai saat ini pembangunan di kedua sektor tersebut dinilai masih kurang. Kalimantan Barat memiliki banyak sekali potensi di bidang kelautan, dimana air lautnya yang belum tercemar serta ikannya yang relatif masih menjajikan. Di wilayah pantai, kalimantan Barat memiliki banyak sekali potensi yang bisa di kembangkan misalnya bentuk pantai yang landai dapat di jadikan objek wisata yang dapat menarik minat para pengunjung. Selain itu di wilayah pantai dapat pula di kelola untuk pembudidayaan telur penyu serta pembudidayaan ikan di tambak ikan.
Harapan-harapan tersebut memang tidaklah mudah tercapai dengan berbagai macam permasalahan mendasar yang masih tersimpan. Namun dengan keyakinan dan kekuatan yang digalang dari semua pihak, maka sumberdaya perikanan laut dan potensi di wilayah pantai khususnya di Kalimantan Barat akan tetap memberi harapan dan peluang yang sangat terbuka lebar untuk mewujudkannya.





























Daftar rujukan

Hutabarat,S dan Evans, S. 1984. Pengantar oseanografi. Jakarta: UI-Press
Nelwan, Alfa, 2004. Pengembangan Kawasan Perairan Menjadi Daerah Penangkapan ikan. Institut Pertanian Bogor
Makalah Pengmbangan Kawasan Wilayah Pantai Kaitannya dengan Geomorfologi oleh prof. Dott. Sampurno (departeman Geologi – ITB )
Bisnisukm.com/ potensi-masalah-solusiperikanan tangkap kalimantan barat
www.pontianakpost.com/index.php
http://www.penataanruang.net/taru/Makalah/Men_PRLautPesisir-ITS43.pdf.

Senin, 13 Desember 2010

goegrafi pertanian

TEKNIK PENGOLAHAN LAHAN BERBUKIT DAN KRITIS




Oleh :
Yulianus Rusandi
080401050033




UNIVERSITAS KANJURUHAN MALANG
FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN PROGRAM STUDI PENDIDIKAN GEOGRAFI
2010

TEKNIK PENGOLAHAN LAHAN BERBUKIT DAN KRITIS
Lahan adalah suatu wilayah daratan di permukaan bumi yang ciri-cirinya mencakup semua tanda pengenal atmosfer, tanah, geologi, relief dan populasi tumbuhan dan hewan, baik yang bersifat mantap maupun mendaur serta hasil kegiatan manusia masa lalu dan masa kini, sejauh hal-hal tadi berpengaruh signifikan atas penggunaan lahan pada masa kini dan masa mendatang (disadur dari FAO, 1977). Jadi lahan mempunyai ciri alami dan budaya.
Lahan akan bermakna bermacam-macam bagi bermacam-macam orang, tergantung pada pandangan seseorang terhadap lahan. Bagi seorang petani, lahan adalah kehidupan. Bagi penduduk kota, lahan adalah ruang atau tempat untuk mendirikan rumah atau bangunan lain. Bagi seorang pedagang, lahan adalah barang perekonomian yang dapat diperjualbelikan. Bagi seorang pengusaha tambang, lahan adalah longgolakan cebakan logam, batu bara atau minyak bumi. Bagi seorang anak, lahan adalah tempat berbain (chryst dan Pendleton, jr, 1958)
Lahan memunculkan dua masalah pokok, yaitu bagaimana hendaknya lahan digunakan dan bagaimana hak atas lahan di agihkan keberhasilan mengantisipasi perubahan keadaan masa depan (chryst dan Pendleton, jr, 1958). Perbedaan pandangan mengenai lahan dan fakta penggunaan lahan menyulitkan pencarian yang tepat atas kedua soal tersebut. Selain itu, pada pemanfaatan lahan terdapat beberapa faktor penghambat yang kurang mendukung bila dimanfaatkan. Untuk itu diperlukan teknik dalam pengolahan lahan.

A. Lahan Perbukitan
Semakin tinggi kemiringan suatu lahan maka tingkat erosi makin besar. Jika tanahnya terbentuk dari hasil vulkanis (letusan gunung api), maka tanahnya subur. Pada kawasan dataran rendah antara dua pegunungan (inter-mountain plain) dapat terbentuk endapan alluvial yang subur.
Lahan perbukitan yang potensial di Indonesia banyak dijumpai pada kawasan perbukitan yang hutannya masih baik (belum rusak).

1. Lahan Perbukitan Memiliki Ciri-Ciri:
 kemiringan 15 - 30%.
 perbedaan tinggi 10 - 300 m dari permukaan laut.
 kesuburan tanah tergantung pada batuan induk dan tingkat pelapukan.
Hubungan antara kemiringan dengan topografi
Symbol Kemiringan lereng topografi
1
2
3
4
5
6
7
8 Kurang dari 3%
3 - 15%
15 - 30%
30 - 50%
50 - 80%
80 - 100%
100 - 150%
150% - ke atas Datar
Berombak
Bergelombang
Berbukit
Curam
Sangat Curam
Terjal
Sangat Terjal

2. Pemanfaatan Lahan Di Perbukitan
Lahan di perbukitan umumnya dimanfaatkan untuk perkebunan, perhutanan, dan wisata pegunungan.
Kendala dalam pemanfaatan kawasan perbukitan antara lain:
a) terjadinya tanah longsor
b) Erosi
c) soil creep (tanah merayap).
Hal ini disebabkan lahan di kawasan perbukitan memiliki kemiringan yang relatif besar dibandingkan dengan lahan di pantai maupun di dataran rendah

3. Pelestarian Lahan Di Perbukitan
Usaha pencegahan terjadinya lahan kritis di perbukitan antara lain:
a. Penanaman pohon pelindung (tanaman penutup tanah)
Fungsinya untuk menghambat penghancuran tanah lapisan atas oleh air hujan. Jenis tanaman yang paling cocok adalah tanaman reboisasi (pinus, jati, rasamala, dan cemara).
b. Penanaman secara kontur
Yaitu melakukan penanaman searah dengan garis kontur. Fungsinya untuk menghambat kecepatan aliran air dan memperbesar resapan air.
c. Penggunaan tehnik pengolahan lahan secara baik
Yaitu pengolahan tanah menurut garis kontur. Fungsinya untuk menghambat aliran air.
d. Pembuatan teras. (sengkedan/terrassering)
Fungsinya untuk mengurangi panjang lereng, memperbesar resapan air, dan mengurangi erosi.
e. Pembuatan tanggul/guludan bersaluran
Fungsinya agar air hujan dapat tertampung dan meresap dalam tubuh

B. Lahan Kritis

1. Pengertian Lahan Kritis
Lahan kritis adalah lahan yang telah mengalami kerusakan secara fisik, kimia, dan biologis atau lahan yang tidak mempunyai nilai ekonomis. Untuk menilai kritis tidaknya suatu lahan, dapat dilihat dari kemampuan lahan tersebut. Sedangkan untuk mengetahui kemampuan suatu lahan dapat dilihat dari besarnya resiko ancaman atau hambatan dalam pemanfaatan lahan tersebut.

Berikut ini disajikan tabel yang menghubungkan, kelas kemampuan lahan dan resiko
ancaman/hambatan.

Tabel11.0: Kelas kemampuan lahan, sifat, dan resiko ancaman.

Kelas Topografi Sifat lahan Resiko ancaman
1.




2.



3.





4.




5.


6.



7.



8. hampir datar




lereng landai



lereng miring bergelombang




lereng miring dan berbukit



datar


lereng agak curam



lereng curam



lereng sangat curam
pengairan baik, mudah
diolah, kemampuan
menahan air baik, subur,
dan respon terhadap pupuk.

struktur tanah kurang baik, pengolahan harus hati-hati,
mengandung garam natrium.

untuk tanaman semusim tanahnya padas, kemampuan
menahan air rendah,
kandungan garam natrium
sedang

lapisan tanah tipis, kemam-
puan menahan air rendah,
kandungan garam natrium
tinggi.

tidak cocok untuk pertanian, tanahnya berbatu-batu

tanah berbatu-batu,
mengandung garam natrium sangat tinggi

tanah berbatu, hanya padang rumput



berbatu dan kemampuan menahan air sangat rendah ancaman erosi kecil, tidak terancam banjir.



ada ancaman erosi, terancam banjir


mudah tererosi





sangat mudah tererosi dan sering banjir.



selalu tergenang air


erosi kuat, tidakcocok untuk pertanian.

untuk erosi sangat kuat, perakaran sangat dangkal


tidak cocok untuk pertanian,
lebih sesuai dibiarkan (alami)


Bila ditinjau dari faktor penghambatnya, lahan kritis dapat dibagi menjadi :
1) Kritis fisik
Termasuk didalam kategori kritis fisik adalah tanah yang secara fisik telah mengalami kerusakan, sehingga dalam mengusahakannya perlu masukan investasi yang cukup besar.
Ciri visual yang dapat dilihat di lapangan dari lahan berbukit dan kritis ini adalah:
a) Tanah mempunyai kedalaman solum yang dangkal dengan top soil produktif yang tipis atau yang telah hilang sama sekali.
b) Pada bagian tertentu atau keseluruhan dapat dilidat adanya lapisan padas, sub soil, atau bahan induk tanah yang tersembul di permukaan.
2) Kritis kimia
Termasuk didalam tanah kritis kimia adalah tanah yang bila ditinjau dari tingkat kesuburan kimiawi, salinitas tidak memberikan dukungan positif apabila tanah tersebut diusahakan sebagai lahan pertanian
a) Tanah menunjukan gejala penurunan produktifitas
b) Tanah mempunyai solum yang dangkal dan top soil yang produktif yang tipis atau yang telah hilang sama sekali
c) Pada bagian tertentu atau keseluruhan dapat dilihat adanya lapisan pada sub soil atau induk tanah yang tersembul di permukaan
3) Kritis sosial ekonomi
Termasik dalam kategori ini adalah tanah-tanah kritis dan terlantar sebagai akibat beberapa faktor sosial ekonomi sebagai kendala dalam usaha-usaha penyalahgunaan lahan tersebut.
4) Kritis hidro-orologis
Tanah kritis disini keadaannya sedemikian rupa dimana tanah tidak mampu lagi mempertahankan fungsinya sebagai pengatur tata air. Hal ini disebabkan terganggunya daya penahan, penyerap dan penyimpanan air dari tanah.
Kondisi kritis hidro-orologis dapat dilihat dilapangan menurut banyaknya vegetasi yang tumbuh diatas tanah. Tanpa pemberian air, sebagian besar jenis vegetasi diatasnya tidak lagi tumbuh dan berkembang dengan baik dalam keadaan kritis
Faktor- Faktor Yang Menyebabkan Terjadinya Lahan Kritis, Antara Lain Sebagai Berikut:
 Kekeringan, biasanya terjadi di daerah-daerah bayangan hujan.
 Genangan air yang terus-menerus, seperti di daerah pantai yang selalu tertutup rawa-rawa.
 Erosi tanah dan masswasting yang biasanya terjadi di daerah dataran tinggi, pegunungan, dan daerah yang miring. Masswasting adalah gerakan masa tanah menuruni lereng.
 Pengolahan lahan yang kurang memperhatikan aspek-aspek kelestarian lingkungan. Lahan kritis dapat terjadi di dataran tinggi, pegunungan, daerah yang miring, atau bahkan di dataran rendah.
 Masuknya material yang dapat bertahan lama kelahan pertanian (tak dapat diuraikan oleh bakteri) misalnya plastic. Plastik dapat bertahan ± 200 tahun di dalam tanah sehingga sangat mengganggu kelestaian kesuburan tanah.




2. Ciri-Ciri Lahan Kritis

a. Ciri-ciri Lahan Kritis dilihat dari sudut Pertanian
1) Tidak Subur
Lahan tidak subur adalah lahan yang sedikit mengandung mineral yang dibutuhkan untuk pertumbuhan tanaman. Umumnya lahan tidak subur terdapat di daerah yang resiko ancamannya besar (ancaman erosi dan banjir).
2) Miskin Humus
Lahan yang miskin humus umumnya kurang baik untuk dijadikan lahan pertanian, karena tanahnya kurang subur.
Tanah Humus adalah tanah yang telah bercampur dengan daun dan ranting pohon yang telah membusuk. Tanah humus dapat dijumpai di daerah yang tumbuhannya lebat, contohnya hutan primer. Sedangkan lahan yang miskin humus adalah lahan yang terdapat di daerah yang miskin atau jarang tumbuhan, contohnya kawasan pegunungan yang hutannya rusak.

b. Ciri-Ciri Lahan Kritis Untuk Permukiman
Ciri-ciri lahan kritis untuk permukiman yaitu:
1) Daya dukung tanah rendah,
artinya tidak mampu menahan beban dalam ton tiap satu meter kubik. Sehingga bila didirikan bangunan di atasnya, bangunan tersebut akan roboh (amblas).
2) Fluktuasi air tidak baik,
artinya air tanahnya terlalu dangkal atau terlalu dalam. Hal ini dapat mempengaruhi bangunan dan kesehatan penduduk yang tinggal di atas lahan tersebut.

3) Topografi
Topografi yang tidak cocok untuk permukiman adalah yang kemiringannya lebih dari 3%. Karena topografi dengan kemiringan lebih dari 3% resiko ancaman bencana alam seperti tanah longsor dan banjir besar. Hal ini dapat mengganggu kenyamanan hunian dan keamanan dari bencana alam tersebut.

3. Persebaran Lahan Kritis
Berikut ini akan dijelaskan tentang persebaran lahan kritis dan penyebabnya.
a. Lahan Kritis di Kawasan Pantai
Kawasan pantai akan menjadi lahan kritis, jika terjadi pengikisan pantai oleh gelombang laut (abrasi) yang kuat. Abrasi dapat menyebabkan lapisan sedimen (endapan) akan hancur dan lenyap. Peristiwa ini terjadi pada muara sungai yang pantainya terbuka dengan gelombang laut yang besar, seperti di daerah muara sungai Progo (DI. Yogyakarta) dan muara sungai Cimanuk (Jawa Barat).
b. Lahan Kritis di Kawasan Dataran Rendah
Lahan kritis di kawasan dataran rendah terjadi akibat adanya genangan air atau proses sedimentasi (pengendapan) bahan yang menutupi lapisan tanah yang subur. Genangan air terjadi karena tanahnya lebih rendah dari daerah sekitarnya, sehingga waktu hujan lebat terjadi banjir dan air menggenang. Lahan kritis di dataran rendah dapat dijumpai pada daerah sekitar Demak (jawa Tengah), Lamongan, Gresik, Bojonegoro, dan Tuban (Jawa Timur).

c. Lahan Kritis di Kawasan Pegunungan/Perbukitan
Lahan kritis di kawasan pegunungan terjadi akibat adanya longsor, erosi atau soil creep (tanah merayap). Lapisan tanah yang paling atas (top soil) terkelupas, sisanya tanah yang tandus bahkan sering merupakan batuan padas (keras). Hal ini sering terjadi di kawasan pegunungan dengan lereng terjal dan miskin tumbuhan penutup.
Lahan kritis di kawasan pegunungan banyak dijumpai pada pegunungan yang hutannya telah rusak. Lahan kritis kawasan pegunungan di Indonesia antara lain di pegunungan Kendeng Utara (Jawa Timur) dan sekitar gunung Ciremai (Jawa Barat).

C. Cara pemanfaatan dan Pelestarian Lahan Berbukit Dan Kritis
Agar lahan berbukit dan kritis dapat memberikan daya dukung terhadap kehidupan manusia dalam waktu yang relatif lama, maka harus dilakukan upaya pelestarian.
Usaha pelestarian lahan ini berkaitan erat dengan usaha pengawetan tanah atau pengontrolan erosi. Secara garis besar usaha pelestarian/pengawetan tanah dibagi menjadi dua, yaitu:


1. Metode Vegetatif
Metode vegetatif adalah metode pengawetan tanah dengan cara menanam vegetasi (tumbuhan) pada lahan yang dilestarikan. Metode ini sangat efektif (tepat) dalam pengontrolan erosi. Ada beberapa cara mengawetkan tanah melalui metode vegetatif antara lain:
a. Penghijauan
yaitu penanaman kembali lahan gundul dengan jenis tanaman tahunaan. Jenis tanamannya antara lain, akasia,angsana, flamboyan. Fungsinya untuk mencegah erosi, mempertahankan kesuburan tanah, dan menyerap debu/kotoran di udara lapisan bawah.
b. Reboisasi
yaitu penanaman kembali hutan gundul dengan jenis tanaman keras. Jenis tanamannya antara lain, pinus, jati, rasamala, dan cemara. Fungsinya untuk menahan erosi dan diambil hasilnya (kayunya).
c. Penanaman secara kontur (contour strip cropping)
yaitu menanam tanaman searah dengan garis kontur. Fungsinya untuk menghambat kecepatan aliran air dan memperbesar resapan air ke dalam tanah. Cara ini sangat cocok dilakukan pada lahan dengan kemiringan 3 - 8%.

d. Penanaman tumbuhan penutup tanah (bufering)
yaitu menanam lahan dengan tumbuhan keras (pinus, jati, cemara). Fungsinya untuk menghambat penghancuran tanah permukaan oleh air hujan, memperlambat erosi dan memperkaya bahan organik tanah.
e. Penanaman tanaman secara berbaris (strip cropping)
yaitu melakukan penanaman berbagai jenis tanaman secara berbaris (larikan). Penanaman berbaris tegak lurus terhadap arah aliran air atau arah angin.
Pada daerah yang hampir datar jarak tanaman diperbesar, pada kemiringan lebih dari 8% jarak tanaman dipersempit. Fungsinya untuk mengurangi kecepatan erosi dan mempertahankan kesuburan tanah.
f. Pergiliran tanaman (croprotation)
yaitu penanaman tanaman secara bergantian (bergilir) dalam satu lahan. Jenis tanamannya disesuaikan dengan musim. Fungsinya untuk menjaga agar kesuburan tanah tidak berkurang.

2. Metode Mekanik
Metode mekanik adalah metode mengawetkan tanah melalui tehnik-tehnik pengolahan tanah yang dapat memperlambat aliran air. Beberapa cara yang umum dilakukan pada metode mekanik antara lain:
a. Pengolahan tanah menurut garis kontur (contour village)
yaitu pengolahan tanah sejajar dengan garis kontur. Fungsinya untuk menghambat aliran air dan memperbesar resapan air.
b. Pembuatan tanggul/pematang/guludan bersaluran
Pembuatan tanggul sejajar dengan kontur. Fungsinya agar air hujan dapat tertampung dan meresap dalam tanah. Pada tanggulnya dapat ditanami palawija.
c. Pembuatan teras (terrassering)
yaitu membuat teras-teras (tangga-tangga) pada lahan miring dengan lereng yang panjang. Fungsinya untuk memperpendek panjang lereng, memperbesar resapan air dan mengurangi erosi.
d. Pembuatan saluran air (drainase)
Saluran pelepasan air ini dibuat untuk memotong lereng panjang menjadi lereng yang pendek. Sehingga aliran air dapat diperlambat dan mengatur aliran air sampai ke sungai.


D. Kesimpulan

Berdasarkan pembahasan yang telah dikemukakan sebelumnya, maka dapat diambil kesimpulan sebagai berikut :
1. Lahan adalah suatu wilayah daratan bumi yang ciri-cirinya mencakup semua tanda pengenal atmosfer, tanah, geogoli, relief dan polulasi tumbuhan dan hewan, baik yang bersifat mantap maupun mendaur serta hasil kegiatan manusia masa lalu dan masa kini, sejauh hal-hal tadi berpengaruh signifikan atas penggunaan lahan pada masa kini dan masa mendatang
2. Lahan Pegunungan/Perbukitan Memiliki Ciri-Ciri: kemiringan 15 - 30%, perbedaan tinggi 10 - 300 m dari permukaan laut, kesuburan tanah tergantung pada batuan induk dan tingkat pelapukan.
3. Lahan kritis adalah lahan yang telah mengalami kerusakan secara fisik, kimia, dan biologis
sehingga tidak mempunyai nilai ekonomi lagi.
Untuk menilai kritis tidaknya suatu lahan, dapat dilihat dari kemampuan lahan berdasarkan
besarnya resiko ancaman atau hambatan yang dihadapi dalam pemanfaatan lahan
tersebut.
4. Pemanfaatan dan pelestarian lahan berbukit dan kritis perlu dilakukan dengan pertimbangan bahwa lahan merupakan sumber daya alam yang potensial, sehingga dalam pembangunan nasional yang berwawasan lingkungan upaya tersebut, diarahkan agar memberikan manfaat yang sebesar-besarnya dalam waktu yang cukup lama.





































Daftar Pustaka


Munir, Moh.2003. Geologi Lingkungan. Malang: PT Banyumedia.
Romenah, modul Geografi I Lahan Potensial Dan Lahan Kritis, 2007.
Tim Geografi, Geografi I SMU, Jakarta: Yudistira, 1994.
Tim MGMP Geografi SMU DKI Jakarta, Geografi SMU IA, Jakarta: Erlangga, 1994.
http://m.antaranews.com

Minggu, 10 Oktober 2010

simpang dua

Simpang Dua adalah sebuah kecamatan di Kabupaten Ketapang, Kalimantan Barat, Indonesia, kecamatan yang berdiri pada tahun 2003, camatnya silih berganti dari camat pertama jahilin sampai sekarang tapi sebuah perubahan sangan sulit sekali terjadi misalnya saja pada sarana jalan, PLN, serta air bersih dan masih banyak lagi permasalahan lain.
1. jalan
jalan-jalan di kecamatan simpang dua masih banyak yang rusak parah misalnya dari arah simpang dua menuju perawas mulai dari pantan sampai mentawa biring jalannya berlobang-lobang sebenarnya jalan seperti itu tidak layak di pergunakan lagi karena resiko kecelakaannya sangat tinggi sekali.selain itu banyak jembatan yang hampir roboh misalnya di selantak dan karab
2.PLN
kecamatan simpang dua sebelah timur berbatasan dengan kecamatan simpang hulu,sebelah selatan berbatasan dengan kecamatan sungau laur dan sebelah barat berbatasan dengan kecamatan teluk melano, semua kecamatan yang berbatasan dengan kecamatan simpang dua tersebut sudah memiliki penerangan kecuali kecamatan simpang dua yang masih gelap gulita sepanjang malam, padahal setiap perode pemilihan legislatif selalu ada yang duduk di kursi dewan, tapi sekarang mungkin mereka masih tertidur untuk sementara waktu, ntar udah mau turun jabatan baru bangun kampung tapi cuma dikit pembangunannya, lihat aja ntar palingan jembatan yang di bangun dari kayu atau palingan mudah sekali roboh seperti di wilayah karab.
3. air bersih
prioritas air bersih memang sudah ada sejak dulu tp barangkali alokasi dananya memang kurang atau ada orang-orang tertentu yang parasit sehingga air bersih tidak lancar sampai sekatar.
memang watak orang dayak atau melayu atau suku lain yang ada di kabupaten ketapang yang memang sulit untuk maju atau dari pemerintahnya sendiri sehingga kecamatan-kecamatan yang termasuk daerah pedalaman sulit untuk berkembang.
kita tunggu saja apakah pemerintah kabupaten ketapang mendengar aspirasi dari kecamatan simpang dua, dan kecamatan lain sehingga kecamatan-kecamatan di kabupaten ketapang lebih maju dan bisa menjadi yang terbaik...........

cerita dayak

Rabu, 24 Februari 2010
Raja Singa Bansa; Simbol Kebersahajaan Orang Dayak
Raja identik dengan kekuasaan (wilayah kekuasaan) dan kekayaan. Tidak demikian halnya dengan raja Dayak: tanpa kekuasaan dan kekayaan. Belum ada setitikpun tercantum dalam berbagai buku sejarah Indonesia. Lebih tragis lagi, jangankan orang luar, orang Dayakpun banyak yang tidak tahu kalau mereka mempunyai raja. Penduduk kampung sekitarnyapun tidak tahu lagi apakah raja mereka masih ada. Sebaliknya, sebagian warga Dayak dari luar kabupatan Ketapang (di Kalbar) dan sebagian kecil Dayak di Sarawak (Malaysia) sampai kini datang memberi upeti dan masih percaya dan menghormatinya sebagai raja; apalagi mereka yang akrab dengan dunia kebathinan/supranatural.

Memang, jika pertama kali berjumpa kita akan terkejut melihat sosok seorang Raja Hulu Aik. Pembawaannya tenang, pendiam. Jika bicara dan mengambil keputusan barulah kharismanya sebagai raja nampak. Sangat bersahaja, sederhana, jujur dan apa adanya. Dialah Raja Singa Bansa (27 th), pewaris ke-6 tahta Raja Hulu Aik; satu-satunya Raja Dayak di Indonesia.

Raja Hulu Ai adalah sebutan untuk pemimpin Kerajaan Hulu Aik. Awal mula Kerajaan Hulu Aik di wilayah Pancur Sembore dan Tanjung Porikng, udik sungai Krio (kini masuk Desa Menyumbung, Kec. Sandai, Kab. Ketapang-Kalbar), sekitar tahun 1700-an. Pemimpin pertamanya Pang Ukir Empu Geremeng. Ia digantikan Bihukng Tiung. Sejak Bihukng inilah wilayah Pancur Sembore- Tanjung Porikng dinamakan kerajaan Hulu Aik. Bihukng sebagai raja I. Bihukng digantikan Bansa Pati (II), Ira Bansa (III), Temenggung Jambu (IV), Bebek (ayah Raja Singa Bansa, raja ke-5). Dan Raja Hulu Aik VI adalah Singa Bansa. Karena tidak ada wilyah kekuasaan yang jelas, pusat kerajaan Hulu Aik berpindah-pindah mengikuti siapa rajanya di sepanjang daerah aliran sungai Krio.

Secara material kehidupan keluarga Raja Singa Bansa memang sangat sederhana, bahkan bisa dikatakan miskin. ?Istana?-nya(rumah-red.) terletak di daerah terpencil nun jauh di pedalaman, di kampung Sengkuang, Desa Menyumbung, Kec. Sandai, Kabupaten Ketapang (Kalbar). Dari Pontianak ke Ketapang, dan dari kota kabupaten Ketapang naik speed boat 6 jam,dilanjutkan speed boat kecil 15 PK sekitar 4 jam mudik menerjang jeram sungai Krio.

Rumahnya 8 X 7 meter3, berlantai dan berdinding papan, beratap kayu sirap. Tangga dari sebatang balok kayu besi yang diberi buku-buku. Tidak ada satu kursipun di ruang tamu. Tetamu duduk di lantai beralaskan tikar pandan. ?Ini rumah pemberian pemerintah,?katanya. Sebagai Raja Hulu Aik ia tidak boleh kerja keras, sehingga tidak mungkin bisa mempunyai rumah. Dulu rakyatnyalah yang membuatkan rumah. Di salah satu ruangan tersimpan pusaka keramat Kerajaan Hulu Aik, yakni Bosi Koling Tungkat Rakyat; berujud sebuah keris dari besi kuning.

Bagi Singa Bansa, predikat Raja Hulu Aik merupakan kewajiban yang teramat berat. ?Sebenarnya saya sangat berat menerima jabatan ini. Namun karena sudah keturunan, tidak boleh ditolak. Mungkin inilah jalan hidup saya,? katanya pasrah.

Agama Katolik yang dianutnya sejak kecilpun terpaksa harus ditinggalkan setelah dinobatkan sebagai Raja Hulu Aik VI. Istrinya, Anastasia Bijan (33 th), juga harus meninggalkan agama Katolik. Ia dan isterinya kembali ke kepercayaan kepada Duwata (Tuhan—Dayak Krio) menurut orang Dayak Krio disana. Sedangkan Edi Kurniawan, anaknya, masih boleh beragama Katolik.

Kewajiban utama setiap Raja Hulu Aik melaksanakan adat Meruba setiap tahun. Yaitu adat memandikan/mencuci Bosi Koling Tungkat Rakyat (artinya Besi Kuning Penopang Rakyat-red). Benda keramat itu berujud keris terbuat dari besi kuning, yang merupakan sumberkehidupan manusia menurut orang Dayak Krio. Benda keramat itu harus dipelihara para Raja Hulu Aik. Sebab jika habis, maka dunia pun akan berakhir.

Mulanya Bosi Koling Tungkat Rakyat panjang nya sekitar 20 cm. Namun kini menurut RajaSinga Bansa tinggal 5 cm. ?Keris itu makin tahun mengecil karena banyak kesalahan yang dibuat oleh masyarakat,?ujar Raja Singa Bansa.

Agar barang keramat tersebut tidak habis, maka setiap tahun harus dilaksanakan adat Meruba. Namun adat Meruba bukan semata-mata Raja Hulu Aik mencuci Bosi Koling Tungkat Rakyat, tetapi juga mengetahui apa yang bakal terjadi tahun yang akan datang.

Sewaktu dilaksanakan adat Meruba tahun 1997 didalam peti tempat Bosi Koling Tungkat Rakyat, terdapat pasir kering. Itu artinya, alam ini akan kemarau panjang dan semua makhluk hidup akan kesusahan. Kebetulan atai tidak, ternyata tahun 1997 Elnino menyebabkan kekeringan.

Sewaktu Meruba tahun 1998, di dalam peti terdapat lumpur dan air. Sedangkan Bosi koling tungkat rakyat yang dibalut kain kuning tujuh lilitan itu juga terasa panas. Artinya, situasi dunia penuh ketegangan, keruh dan kotor seperti lumpur, serta akan musim penghujan. Sampai kinipun orang Dayak Krio disana masih sangat percaya dengan pertanda alam dari adat Meruba. Para petani sangat berkepentingan untuk mengetahui kondisi alam.

Selama mencuci keris dengan minyak kelapa, Raja pun tidak boleh melihat, hanya meraba sambil mengeluarkan kotoran di dalam peti. Jika dilihat, maka pelan tapi pasti akan akan buta. Ketika dilantik untuk pertama dan terakhir kalinya Raja Hulu Aik melihat keris itu, matanya pelan tapi pasti akan buta. Karena biasanya hanya melihat dengan sebelah mata, maka ciri khas Raja Hulu Aik adalah buta mata sebelah.

Raja Hulu Aik wajib berladang. Selain ladang adalah sumber dan pusat kebudayaan Dayak, hanya berladang aktivitas hidup yang tidak tergantung dengan orang lain. Hasil ladang bisa langsung dinikmati petaninya. Kalau pekerjaan lain, misalnya menyadap karet, terlebih dahulu harus dijual kepada orang lain. Mendapatkan upah dari orang lain tidak diperbolehkan bagi seorang Raja Hulu Aik.

Ketika dinobatkan sebagai Raja Hulu Aik ke-6, Ia menyadari bahwa bekal ilmu pengetahuannya sebagai raja sangatlah kurang mengingat kompleksitas permasalahan manusia dewasa ini. Ia hanya sempat menamatkan SLTP. ?Saya rajin membaca buku-buku yang dikirimi teman-teman dari Pontianak untuk menambah wawasan,?ujarnya.

Harapan Raja Singa Bansa kini tertumpu pada anak satu-satunya, Elius Edi Kurniawan (7 th) yang kini duduk di kelas 2 SDN Sengkuang, Kec. Sandai (Ketapang-Kalbar). Dialah calon Raja Hulu Aik VII. “Kalau bisa, Edi bukan hanya berpredikat Raja Hulu Aik, tetapi juga berpendidikan yang memadai,?harap Singa Bansa pasrah. Bahkan pendidikan anaknya terancam gagal karena kesulitan biaya. Ia sadar, sebagai raja, sebagai panutan rakyatnya, dituntut mengikuti perkembangan jaman. Di sisi lain, setelah menjadi raja nanti aktivitas duniawinya banyak dikurangi, termasuk bekerja, dan banyak larangan (tabo).

Symbol

Raja Hulu Aik bukanlah raja yang mempunyai daerah kekuasaan secara definitif.Dulu wilayah kekuasaannya meliputi Laman Sembilan Domong Sepuluh. Wilayah ini sekarang meliputi kabupaten Ketapang, sebagian Kab. Sanggau, dan sebagian kecil orang Dayak di Sarawak (Malaysia). Dulu, merekalah yang menghidupi Raja Hulu Aik. Raja Hulu Aik sebagai pemersatu dan perantara mereka mohon bantuan kepada Tuhan, karena raja memelihara Bosi Koling Tungkat Rakyat.

Kekuasan Raja Hulu Aik mulai pudar ketika datang penjajah Belanda. Dengan politik devide et impera, Dayak dan Melayu diadudomba. Menurut Mill Rockaert, sejarahwan dari Belgia, Belanda menguasai orang-orang Dayak dengan menjadikan golongan Melayu sebagai proxy-nya, sehingga makin memperlemah eksistensi Raja Hulu Aik.

Setelah penjajahan berakhir, di alam kemerdekaan nasib Raja Hulu Aik malah nyaris tidak ada tempat di negara Indonesia. Dengan berbagaiteknik, model penundukkan dan penjajahan kultural gaya baru yang dibungkus pembangunan, modernisasi selama 53 tahun Indonesia merdeka, pelan tapi pasti kini Raja Hulu Aik hampir-hampir tidak ada lagi.

?Kami bukan tidak mau mengakui, menjunjung tinggi eksistensi Raja Hulu Aik. Tapi memang rakyat tidak pernah tahu karena dibuat sedemikian rupa agar tidak mengetahui Raja Hulu Aik,?ujar Unus (65 tahun), kepala adat Dayak Kayong dan Patinggi Aris, kepala adat Dayak Simpang.

Kemunculan pertama kali Raja Singa Bansa ke publik ketika pelaksanaan adat tolak bala mencegah kerusuhan di Ketapang pertengahan Juli 1998 lalu, sangat membanggakan masyarakat Dayak. Mereka kini tahu mempunyai raja. Bukan raja sebagai penguasa, punya wilayah kekuasaan; tapi raja sebagai simbol pemersatu orang Dayak untuk membangun Republik Indonesia ini.

?Raja Hulu Aik adalah simbol keterpinggiran orang Dayak di Republik ini. Maka kemunculannya ke muka umum dan diketahui masyarakat luas, semoga bisa membangkitkan semangat orang Dayak untuk menjadi subyek pembangunan,?kata S. Djuweng, Direktur Institut Dayakologi (Pontianak).

Raja Hulu Aik memang bukan raja seperti biasanya. Mungkin Ia raja luar biasa karena kesederhanaan dan keagungan prinsip hidupnya. Dia simbol kesederhanaan, kebersahajaan manusia Dayak yang dari dulu hingga kini termarjinalisasi di tanah tumpah darahnya sendiri.

Dulu Ia dihormati, menjadi pemersatu. Kini tidak lagi. Menurut para ahli tentang Dayak, penjajahan, pembangunan dan modernisasi telah pelan tapi pasti berperan besar menghilangkan eksistensi Raja Hulu Aik. ?Orang Dayak itu mayoritas dalam jumlah, tapi minoritas dalam peranan,”kata Mill Rockaert(1996). Lebih parah lagi, “masyarakat Dayak itu antara ada dan tiada,”ujar GP. Djaoeng, tokoh Dayak di Pontianak yang juga mantan anggota MPR 1993-1998.

Mungkin pelajaran 53 tahun berbangsa dan bernegara di Indonesia dengan berbagai akibatnya kini bisa mengubah pandangan para pejabat di Jakarta tentang konsep “merdeka” yang dituntut masyarakat adat di berbagai pelosok Nusantara, termasuk Dayak. Yakni merdeka untuk mengurus daerah sendiri dalam konteks negara kesatuan Republik Indonesia. ***

Sumber : www.edipetebang.blog.friendster.com
Diposkan oleh Yohansen Borneo di Rabu, Februari 24, 2010

Jumat, 25 Juni 2010

makalah geo penduduk

MAKALAH
KONDISI UMUM KABUPATEN BENGKAYANG









Nama :

YULIANUS RUSANDI ( 080401050033 )


MATA KULIAH : GEOGRAFI PENDUDUK
FAK / JUR : FKIP GEOGRAFI


UNIVERSITAS KANJURUHAN MALANG
2010



KATA PENGANTAR


Puji syukur atas kehadirat Tuhan Yang Maha Esa, penulis panjatkan atas segala rahmat dan hidayah-Nya, sehingga makalah yang diberi judul “Kondisi Umum Kabupaten Bengkayang” dapat terselesai sebagaimana mestinya.
Makalah ini diharapkan dapat bermanfaat bagi penulis, mahasiswa pendidikan Geografi serta pembaca dalam mengembangkan kemampuan dan pengembangan ilmu pengetahuan.
Keberhasilan penulis dalam menyelesaikan makalah ini tidak terlepas dari bantuan berbagai pihak. Oleh karena itu penulis mengucapkan terima kasih yang dalam dan tulus kepada semua pihak yang telah membantu dalam penyusunan maklah ini.
Tak ada gading yang tak retak, penulis menyadari bahwa dalam penulisan dan penyusunan makalah ini masih banyak kekurangannya. Karena itu penulis mengharapkan saran dan kritik yang sifatnya membangun sangat peneliti harapkan demi kesempurnaan makalah ini.





Malang,Juni 2010




Penulis





DAFTAR ISI


KATA PENGANTAR………………………………………………………………….........
DAFTAR ISI…………………………………………………………………………............
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang……………………………………………………………………
B. RumusanMasalah ………………………………………………………………...
C. Tujuan Penulisan…………………………………………………………………
D. Manfaat Penulisan ...................................................................................................
BAB II PEMBAHASAN
A. Gambaran Umum Kabupaten Banyuwangi …………………………………………..
B. Kondisi Fisiografis Kabupaten Bengkayang………………………… …………
1. Letak Geografis ………………………………………………………………..
2. Keadaan klimatologis…………………………………………………………..
3. Keadaan Lithosfera……………………………………………………………..
4. Keadaan biosfer…………………………………………………………………
5. Keadaan hidrosfer………………………………………………………………..
C. Keadaan Penduduk......................... ………………………………………………..
1. Ratio jenis kelamin (sex ratio =SR) ...................................................................
2. Beban tanggungan (Dependency Ratio = DR)……………………………………
3. Jumlah Anak Lahir Hidup ………………………………………………………….
4. Jumlah Anak Masih Hidup………………………………………………………..
5. Rasio Anak dan Wanita (Child Woman Ratio/CWR)……………………………..
6. Pendidikan yang Ditamatkan……………………………………………………….
7. Angka Kematian Bayi dan Anak …………………………………………………..
8. Tingkat Partisipasi Angkatan Kerja (TPAK)……………………………………….
BAB III PENUTUP
A. Kesimpulan……………………………………………………………………
Daftar Pustaka……………………………………………………………………………

BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Kabupaten Bengkayang adalah salah satu kabupaten di provinsi Kalimantan Barat, Indonesia. Ibu kota kabupaten terletak di Bengkayang, dan Kantor Bupati di Jalan Guna Baru Trans Rangkang, Bengkayang, 79282.
Sebelumnya Kabupaten Bengkayang merupakan pemekaran dari Kabupaten Sambas, yang karena adanya UU Otonomi Daerah dimekarkan menjadi 3 daerah otonom yang terpisah, yaitu Kabupaten Sambas, Kabupaten Bengkayang, dan Kota Singkawang. Terletak di bagian utara Kalimantan Barat, Kabupaten ini berbatasan langsung dengan Sarawak, Malaysia.
Bengkayang memiliki tanah yang subur dengan kontur yang beragam, sektor pertanian memegang peranan penting dalam perekonomian daerah ini. Apalagi dengan relief yang beragam, dari pegunungan hingga daerah pesisir pantai, menjadikan Bengkayang kaya akan keanekaragaman sumber daya alam. Pembangunan di wilayah ini masih tertinggal. Namun dengan adanya semangat otonomi daerah diharapkan depat memacu pembangunan Bengkayang menjadi lebih maju di segala bidang. Salah satu hasilnya adalah berhasilnya pembangunan gedung kantor bupati satu atap, di mana dalam satu gedung tersebut terpusat seluruh badan dan dinas yang ada di lingkungan pemerintahan daerah. Hal ini bertujuan untuk meningkatkan pelayanan terhadap publik. Selain itu proyek pengadaan air bersih juga telah selesai di revitalisas.

B. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang diatas, masalah yang dikaji dalam makalah ini adalah:
1. Bagaimanakah gambaran umum di Kabupaten Bengkayang ?
2. Bagaimanakah kondisi Fisiografis Kabupaten Bengkayang ?
3. Bagaimanakah kondisi penduduk di Kabupeten Bengkayang ?




C. Tujuan Penulisan
Secara umum, tujuan penulisan makalah ini ialah untuk mendeskripsikan keadaan umum Kabupaten Bengkayang serta untuk memenuhi tugas mata kuliah Geografi Penduduk serta menambah wawasan kami tentang potensi-potensi yang ada di Kabupaten Bengkayang.
Secara khusus, tujuan yang hendak dicapai dalam makalah ini adalah:
1. Mengetahui gambaran umum di Kabupaten Bengkayang.
2. Mengetahui kondisi Fisiografis Kabupaten Bengkayang.
3. Mengetahui kondisi pendudukdi Kabupaten Bengkayang.

D. Manfaat Penulisan
Makalah ini diharapkan dapat menjadi kajian dan refleksi bagi pemerintah Kabupaten Bengkyang terutama dalam pembangunan di bidang ekonomi,potensi wilayah dan pengembangan wilayah.
2. Manfaat Praktis
a. Bagi pemerintah Kabupaten Bengkayang di harapkan lebih efektif dalam pembangunan di bidang potensi daerah.
b. Bagi para pembaca dapat memahami keadaan dan potensi diwilayah Kabupaten Bengkayang.
c. Makalah ini dapat digunakan sebagai referensi dalam penelitian, terutama mengenai kondisi wilayah Kabupaten Bengkayang.











Kabupaten Bengkayang


Lambang Kabupaten Bengkayang





Peta lokasi Kabupaten Bengkayang
BAB II
PEMBAHASAN
A. Gambaran Umum Kabupaten Bengkayang
Kabupaten Bengkayang merupakan salah satu kabupaten baru di provinsi Kalimantan Barat yang mulai terbentuk setelah adanya undang-undang otonomi daerah. Dasar pembentukan Kabupaten Bengkayang adalah Undang-Undang Nomor 10 Tahun 1999, yaitu
Kabupaten Bengkayang merupakan pecahan dari Kabupaten Sambas. Selanjutnya, pada tahun 2001, berdasarkan Undang-Undang Nomor 12 Tahun 2001, Kabupaten Bengkayang dimekarkan kembali, yaitu dengan berdiri sendirinya Kota Singkawang yang sebelumnya merupakan bagian dari Kabupaten Bengkayang.

B. Kondisi Fisiografis Kabupaten Bengkayang
1. Letak Geografis

Kabupaten Bengkayang berada pada posisi 0033’00” Lintang Utara sampai dengan
1030’00” Lintang Utara dan 108039’00” Bujur Timur sampai dengan 110010’00” Bujur Timur.
Letak Kabupaten Bengkayang berada di bagian utara Provinsi Kalimantan Barat dan merupakan salah satu kabupaten yang berbatasan langsung dengan Malaysia. Posisi
Kabupaten Bengkayang yang berada di dekat garis khatulistiwa menyebabkan suhu dan kelembabannya yang relatif mencirikan daerah tropis
 Bagian Utara berbatasan langsung dengan negara Malaysia atau tepatnya berbatasan
 dengan Serawak-Malaysia Timur.
 Bagian Selatan berbatasan dengan Kabupaten Pontianak.
 Bagian Timur berbatasan dengan Kabupaten Landak dan Kabupaten Sanggau
 Bagian Barat berbatasan dengan Kota Singkawang, Kabupaten Sambas, dan Laut
Natuna



2. Keadaan klimatologis
1. Musim
Seperti umumnya wilayah Indonesia, Kabupaten Bengkayang hanya mengenal dua musim, yaitu musim kemarau dan penghujan. Untuk musim kemarau biasanya terjadi pada bulan Juni sampai dengan bulan September, sedangkan musim penghujan biasanya terjadi pada bulan Desember sampai dengan bulan Maret. Keadaan ini berganti setiap setengah tahun setelah melewati masa perubahan (pancaroba) pada bulan April - Mei dan Oktober - November.
2. Temperatur udara dan suhu udara
Temperatur udara di suatu daerah antara lain dipengaruhi oleh ketinggian tempat dan iklim tempat tersebut. Kabupaten Bengkayang termasuk wilayah Indonesia yang beriklim tropis dengan cirinya adalah mempunyai temperatur udara yang tinggi atau panas dan lembab, apalagi letak Kabupaten Bengkayang yang relatif dekat dengan garis khatulistiwa sehingga temperatur udaranya lebih panas. Keadaan temperatur udara rata-rata 27,2°C dengan suhu terendah 26,7°C dan tertinggi 27,8°C serta kelembaban nisbi (rh) rata-rata 83,3°.
3. Curah hujan
Curah hujan dipengaruhi oleh berbagai faktor, diantaranya adalah iklim, keadaan geografi, dan pertemuan arus udara. Rata-rata curah hujan di Kabupaten Bengkayang selama tahun 2006 mencapai 244 mm. Curah hujan sebesar ini termasuk tinggi dan hal ini dipengaruhi oleh wilayah Kabupaten Bengkayang yang masuk dalam wilayah tropis (dengan ciri hutan tropis yang cukup lebat dan kelembaban udara tinggi). Rata-rata curah hujan yang cukup tinggi terjadi pada bulan Desember dan terendah pada bulan Maret.
4. Keadaan angin
Sedangkan kecepatan angin rata-rata sebesar 3,2 knot dan kecepatan tercepat terjadi pada bulan Agustus (5,1 knot) yang datang seiring dengan musim penghujan.

3. Keadaan Lithosfera
a. Topografi
Ada dua kondisi alam yang membedakan wilayah Kabupaten Bengkayang. Kondisi alam yang pertama adalah pesisir pantai. Keseluruhan wilayah pesisir ini termasuk dalam wilayah administrasi Kecamatan Sungai Raya. Kondisi alam yang kedua adalah daratan dan perbukitan yang terdiri dari Kecamatan Capkala, Samalantan, Monterado, Bengkayang, Teriak, Sungai Betung, Ledo, Suti Semarang, Lumar, Sanggau Ledo, Seluas, Jagoi Babang, dan Siding.
b. Jenis Tanah
Dilihat dari jenis tanahnya, sebagian besar daerah Kabupaten Bengkayang adalah jenis tanah poldosit merah kuning, yaitu sebesar 322.347 hektar dan yang paling sedikit adalah jenis OGH, yaitu sebesar 6.700 hektar.
Dilihat dari persebaran lerengnya, sebagian besar wilayah Kabupaten Bengkayang masuk pada kelas lereng 15-40 % dan hanya sebagian kecil yang masuk dalam kelas lereng lebih dari 40 %. Selanjutnya, dilihat dari tekstur tanahnya, sebagian besar masuk dalam tekstur sedang, yaitu sebesar 343.023 hektar. Luas wilayah tergenang di Kabupaten Bengkayang hanya sebesar 36.020 hektar dan luas wilayah yang tidak adalah tergenang sebesar 503.610 hektar.
4. Keadaan biosfer
a. Flora
Kabupaten bengkayang memiliki berbagai jenis fauna yang unik yang tentunya memiliki kekhasan dengan wilayang lain di Indonesia, beberapa jenis fauna yang ada antara lain terdapat berbagi jenis anggrek hutan, berbagai jenis kayu seperti meranti,bengkirai dan lai-lain.
b. Fauna
Kabupaten Bengkayang yang terletak di Provinsi Kalimantan Barat memiliki berbagai jenis hewan yang khas diantaranya terdapat berbagai jenis kera, orang utan, burung-burung seperti burung ruai, burung enggang,babi utan, ikan-ikan

5. keadaan hidrosfer
a. laut
Sebelah barat kabupaten Bengkayang berbatasan dengan Laut Natuna, Kabupaten Bengkayang memiliki sumber daya kelautan dan perikanan yang sangat menjanjikan. Potensi sumberdaya kelautan dan perikanan yang menjanjikan kesejahteraan bagi para nelayan di kabupetan Bengkayang, ini dimungkinkan untuk mengembangkan budidaya laut dimana perairan laut di wilayah ini relatif belum tercemar oleh limbah industri dan ketersediaan benih yang cukup banyak serta menyebar secara merata.
b. Fauna
Kabupaten Bengkayang yang terletak di Provinsi Kalimantan Barat memiliki berbagai jenis hewan yang khas diantaranya terdapat berbagai jenis kera, orang utan, burung-burung seperti burung ruai, burung enggang,babi utan,serta barbagai jenis ikan.

C. Keadaan Penduduk
Penduduk pada dasarnya adalah modal dasar pembangunan yang paling penting dan secara tegas digariskan dalam GBHN. Suatu wilayah yang memiliki jumlah penduduk besar berarti memiliki aset potensial yang berguna dalam mendukung percepatan roda pembangunan. Hal ini dikarenakan jumlah penduduk yang besar tersebut mengindikasikan jumlah angkatan kerja yang tersedia juga dalam jumlah yang besar apalagi jika didukung oleh kualitas sumber daya manusia yang memadai. Akan tetapi, jika sumber daya penduduk tersebut tidak berkualitas maka penduduk tersebut justru akan menjadi penghambat bagi pembangunan itu sendiri. Mengingat peran dan fungsi tersebut, pembangunan di bidang kependudukan selalu mendapat perhatian utama dalam setiap tahapan pembangunan.

Penduduk memiliki peran ganda dalam pembangunan baik sebagai subyek maupun obyek pembangunan. Hal ini dikarenakan penduduk juga merupakan pelaku pembangunan yang bermuara pada peningkatan kesejahteraan penduduk itu sendiri. Dengan demikian, penduduk yang dimaksud tidak lagi hanya sebagai obyek melainkan juga sekaligus memposisikan diri sebagai subyek pembangunan wilayah.

Peran dan fungsi penduduk sangat strategis dalam dinamika pembangunan di berbagai bidang baik jangka pendek, menengah, maupun jangka panjang. Oleh karena itu, pembangunan bidang kependudukan selalu mendapat tempat utama pada tiap lini tahapan pembangunan. Selain itu, akhir dari setiap tujuan pembangunan adalah meningkatkan mutu penduduk secara utuh dan menyeluruh yang biasanya diawali dengan perbaikan kualitas sumber daya manusia (SDM).
Dipandang dari sisi jumlah, pertambahan penduduk di suatu wilayah akan membawa dampak yang sangat menguntungkan bagi ketersediaan angkatan kerja. Pada sisi lain, penambahan angkatan kerja menuntut perluasan kesempatan kerja. Jika antara keduanya tidak seimbang maka akan menimbulkan dampak negatif, yaitu lonjakan angka pengangguran (unemployment).

Jumlah dan Laju Pertumbuhan Penduduk

Tabel Luas Wilayah, Jumlah, dan Kepadatan Penduduk Menurut Kecamatan
di Kabupaten Bengkayang Tahun 2006
no kecamatan Luas wilayah km2 Jumlah penduduk (jiwa) Kepadatan
(Jiwa per Km2)

1 Sungai raya 75,85 19 728 260
2 Capkala 46,35 7 373 159
3 Sungai Raya Kepulauan 394,00 23 120 59
4 Samalantan 420,50 16 367 39
5 Monterado 291,00 24 938 86
6 Lembah Bawang 188,00 4 678 25
7 Bengkayang 167,04 18 536 111
8 Teriak 231,51 12 127 52
9 Sungai Betung 205,95 8 817 43
10 L e d o 481,75 14 255 30
11 Suti Semarang 280,84 4 820 17
12 Lumar 275,21 5 918 22
13 Sanggau Ledo 392,50 11 218 29
14 Tujuh Belas 221,00 11 339 51
15 Seluas 506,50 14 346 28
16 Jagoi Babang 655,00 7 163 11
17 . Siding 563,30 7 140 13
jumlah 5 396,30 211 883 39
Sumber: BPS Kabupaten Bengkayang, Proyeksi Penduduk



Berdasarkan hasil proyeksi penduduk, jumlah penduduk Kabupaten Bengkayang pada tahun 2006 adalah sebesar 211.883 jiwa. Bila dirinci menurut kecamatan maka Kecamatan Lembah Bawang merupakan kecamatan yang paling sedikit penduduknya sedangkan Kecamatan Monterado merupakan kecamatan yang paling banyak penduduknya. Tingkat kepadatan penduduk Kabupaten Bengkayang semakin meningkat seiring dengan bertambahnya waktu. Dilihat dari kepadatan penduduknya, kecamatan yang paling padat penduduknya adalah Kecamatan Sungai Raya sedangkan kecamatan yang paling jarang penduduknya adalah Kecamatan Jagoi Babang.

Tabel Laju Pertumbuhan Penduduk Menurut Kecamatan
di Kabupaten Bengkayang

NO KECAMATAN 1990 - 2000 2000 – 2006

1 Sungai Raya -0,66 2,38
2 Capkala 0,24 2,75
3 Sungai Raya Kepulauan -1,36 3,79
4 Samalantan 0,83 3,12
5 Monterado 0,20 2,93
6 Lembah Bawang 0,31 3,18
7 Bengkayang 0,84 3,28
8 Teriak 0,70 3,08
9 Sungai Betung 1,48 2,82
10 L e d o 6,17 3,32
11 Suti Semarang 1,54 3,42
12 Lumar 0,45 3,37
13 Sanggau Ledo -0,20 2,90
14 Tujuh Belas 1,68 2,63
15 Seluas 1,98 3,32
16 Jagoi Babang 4,78 3,01
17 Siding 1,95 2,91
JUMLAH 0,80 3,08

Sumber: BPS Kabupaten Bengkayang, Proyeksi Penduduk

Tingginya kepadatan penduduk suatu wilayah akan menimbulkan banyak permasalahan. Salah satunya adalah masalah pemenuhan kebutuhan perumahan akibat luas lahan yang terbatas. Selain itu, tingkat kepadatan penduduk yang sangat tinggi juga akan menimbulkan kerawanan terhadap terjadinya konflik sosial masyarakat.

Laju pertumbuhan penduduk Kabupaten Bengkayang yang dihitung dengan metode geometrik selama kurun waktu 16 tahun terakhir terlihat berfluktuasi. Dalam kurun waktu 1990-2000, laju pertumbuhan penduduk per tahun rata-rata hanya mencapai 0,8 persen sedangkan dalam kurun waktu 2000-2006, laju pertumbuhan penduduk rata-rata hanya mencapai 3,08
persen. Rendahnya laju pertumbuhan penduduk dalam kurun waktu 1990-2000 tersebut diperkirakan terjadi karena banyaknya penduduk yang berpindah keluar wilayah kabupaten
yang diakibatkan oleh adanya konflik antar suku yang sering terjadi antara tahun 1990-2000 dan puncak konfliknya terjadi pada tahun 1997-1999 yang lalu. Namun demikian, laju pertumbuhan penduduk yang cukup tinggi terjadi di Kecamatan Ledo dan Jagoi Babang. Hal ini dipengaruhi oleh adanya program transmigrasi yang masuk pada kedua kecamatan tersebut yang sebagian besar terjadi antara tahun 1990-2000.





Tabel Jumlah penduduk menurut kelompok umur

TABEL 4.1.4. JUMLAH PENDUDUK MENURUT KELOMPOK UMUR
DAN JENIS KELAMIN
Table
Population by Age Group and Sex
2006

Kelompok Umur
Age Group Laki-laki
Male
(Jiwa) Perempuan
Female
(Jiwa) Jumlah
Total
(Jiwa)
(1) (2) (3) (4)
0 – 4 17 851 17 224 35 075
5 – 9 12 859 12 423 25 282
10 – 14 10 519 10 185 20 704
15 – 19 11 404 10 684 22 088
20 – 24 10 435 9 684 20 119
25 – 29 8 698 8 336 17 034
30 – 34 7 615 7 271 14 886
35 – 39 6 749 6 185 12 934
40 – 44 5 809 5 477 11 286
45 – 49 4 904 4 735 9 639
50 – 54 3 943 3 638 7 581
55 – 59 3 006 2 569 5 575
60 – 64 2 200 1 761 3 961
65 – 69 1 476 1 191 2 667
70 – 74 859 730 1 589
75 + 782 681 1 463
Jumlah/Total 109 109 102 774 211 883
Tahun 2005 106 104 99 773 205 877
2004 103 083 96 576 199 659
2003 100 155 93 498 193 653
2002 97 298 90 508 187 806
Sumber/Source: BPS Kabupaten Bengkayang

1. Ratio jenis kelamin (sex ratio =SR) tahun 2006

Diketahui:
M : laki-laki
F : perempuan
K : konstanta besarnya sama dengan 100

Jawab






Penjelasan: ini berarti bahwa untuk setiap 106 penduduk laki-laki sebanding dengan 100 penduduk perempuan.


2. Beban tanggungan (Dependency Ratio = DR)

Data diperoleh dari tabel





Secara umum, angka beban ketergantungan Kabupaten Bengkayang masih cukup tinggi, yaitu sebesar 69,4 pada tahun 2006. Besarnya angka beban tanggungan tersebut berarti dari 100 penduduk usia produktif (15-64 tahun) harus menanggung 69 penduduk usia non produktif baik itu anak-anak (0-14 tahun) maupun lansia (65 tahun keatas). Secara rinci, angka beban ketergantungan anak jauh lebih besar dibanding dengan angka ketergantungan lansia (lanjut usia), yaitu sebesar 64,8 dibanding dengan 4,57. Hal ini berarti bahwa angka beban tanggungan untuk anak adalah yang paling berperan dalam tingginya angka beban tanggungan secara total. Dengan demikian, diketahui bahwa penduduk Kabupaten Bengkayang sebagian besar adalah kelompok usia muda yang belum produktif dan belum dapat aktif secara ekonomi.

4. Jumlah Anak Lahir Hidup

Tabel Persentase Wanita Umur 10 Tahun ke Atas Yang Pernah Kawin
Menurut Jumlah Anak Lahir Hidup di Kabupaten Bengkayang Tahun 2006

Jumlah Anak Lahir Hidup Persentase
(1) (2)
0 5,10
1 16,41
2 21,21
3 20,62
4 12,83
5 8,43
6 5,57
7 4,41
8 2,56
9 1,42
10+ 1,44
jumlah 100,00
Sumber: BPS Kabupaten Bengkayang, diolah dari Susenas 2006

Dengan adanya program Keluarga Berencana (KB) mulai awal tahun 1970-an, terbukti pandangan masyarakat tentang pandangan banyak anak banyak rejeki mulai luntur dan digantikan menjadi keluaga kecil bahagia sejahtera. Diharapkan dengan jumlah anak yang tidak terlalu banyak, kebutuhan anak dapat terpenuhi dengan baik. Selain itu, orang tua dapat mengikuti perkembangan fisik dan psikologis anaknya lebih optimal. Tujuan akhir program KB
ini adalah diharapkan akan menghasilkan sumber daya manusia yang lebih baik dan lebih
handal dalam segala bidang di masa mendatang. Jumlah anak yang dilahirkan hidup pada wanita pernah kawin usia 10 tahun ke atas di Kabupaten Bengkayang ternyata masih cukup tinggi. Terlihat bahwa persentase wanita yang pernah kawin dan memiliki 5 atau lebih adalah sebesar 23,82 persen. Namun demikian, jika dilakukan perbandingan antara wanita yang memiliki jumlah anak kurang atau sama dengan empat orang dan yang lima orang atau lebih maka persentasenya masih lebih banyak keluarga yang jumlah anak lahir hidupnya kurang atau sama dengan empat. Dari data jumlah anak lahir hidup diatas, dapat disimpulkan bahwa tingkat kelahiran di Kabupaten Bengkayang masih cukup tinggi.
5. Jumlah Anak Masih Hidup

Tabel Persentase Wanita Umur 10 Tahun ke Atas Yang Pernah Kawin
Menurut Jumlah Anak Masih Hidup di Kabupaten Bengkayang Tahun 2006

Jumlah Anak Masih hidup Persentase
(1) (2)
0 5,89
1 17,14
2 21,17
3 21,30
4 12,28
5 8,82
6 5,97
7 3,07
8 2,67
9 0,89
10+ 0,80
jumlah 100,00
Sumber: BPS Kabupaten Bengkayang, diolah dari Susenas 2006

Data jumlah anak yang masih hidup merupakan salah satu indikator penting dalam kependudukan. Dari data ini, dapat diketahui tingkat kematian, derajat kesehatan masyarakat, pemenuhan gizi, dan penyediaan prasarana kesehatan dalam masyarakat.

Persentase jumlah anak yang masih hidup di Kabupaten Bengkayang menurut data Susenas tahun 2006 cukup bagus. Dari wanita pernah kawin berusia 10 tahun ke atas yang mempunyai anak lebih dari dua orang, sebesar 55,79 persen anak yang dilahirkan masih hidup sampai sekarang. Hal ini berarti bahwa ketersediaan fasilitas kesehatan, pemenuhan gizi masyarakat, dan derajat kesehatan masyarakat di Kabupaten Bengkayang pada tahun 2006 sudah cukup baik.


6. Rasio Anak dan Wanita (Child Woman Ratio/CWR)

Rasio anak dan wanita adalah hubungan dalam bentuk rasio antara jumlah anak (usia
0-4 tahun) dengan jumlah penduduk wanita usia produktif (15-49 tahun). Pada tahun 2006,
besarnya rasio anak dan wanita di Kabupaten Bengkayang adalah sebesar 670. Hal ini berarti bahwa di antara 1000 wanita usia produktif terdapat 670 anak. Angka ini mengindikasikan tingkat fertilitas yang masih cukup tinggi karena masih besarnya jumlah anak balita.
7. Pendidikan yang Ditamatkan

Perlunya pendidikan yang intensif yang berkaitan dengan kemampuan dasar penduduk dapat dilihat dari tamatan pendidikan penduduk. Untuk itu, dikenal indikator tingkat pendidikan yang ditamatkan penduduk yang menunjukkan persentase penduduk 10 tahun ke atas menurut pendidikan terakhir yang ditamatkan atau ijazah tertinggi yang dimiliki.

Tabel Persentase Penduduk Berumur 10 Tahun ke Atas Menurut Jenis Kelamin
dan Pendidikan yang Ditamatkan di Kabupaten Bengkayang Tahun 2006

Jenjang Pendidikan Laki-laki Perempuan Jumlah
SD 29,98 28,11 29,10
SMP 18,31 15,92 17,18
SMA 9,10 8,72 8,93
Perguruan Tinggi 2,51 1,3 1,94

Sumber: BPS Kabupaten Bengkayang

Pada tahun 2006, persentase penduduk 10 tahun ke atas yang telah menamatkan pendidikan sekolah dasar adalah sebesar 29,10 persen. Selanjutnya, yang telah menamatkan pendidikan minimal sekolah lanjutan tingkat pertama adalah sebanyak 17,18 persen, diikuti sekolah lanjutan tingkat atas sebesar 8,93 persen, dan perguruan tinggi sebesar 1,94 persen. Perbedaan tingkat pendidikan yang ditamatkan penduduk dapat dilihat dari jenis kelamin. Tingkat pendidikan penduduk laki-laki di semua jenjang pendidikan relatif lebih tinggi dibanding tingkat pendidikan penduduk perempuan. Akan tetapi, melihat kecenderungan yang diperlihatkan oleh partisipasi sekolah penduduk, tidak tertutup kemungkinan bahwa indikator tingkat pendidikan tersebut pada tahun-tahun yang akan datang cenderung lebih baik untuk penduduk perempuan.

Persebaran penduduk yang tidak merata dan penyediaan kelengkapan berbagai sarana pendidikan yang masih sangat terbatas sangat berpengaruh pada distribusi penduduk menurut pendidikan. Upaya peningkatan pendidikan di Kabupaten Bengkayang belum menunjukkan hasil yang menggembirakan. Oleh karena itu, berbagai upaya untuk memacu perbaikan tingkat pendidikan penduduk harus dilakukan percepatan. Selain program wajib belajar 9 tahun yang harus terus digalakkan, penyediaan sarana dan prasarana pendidikan juga harus terus ditingkatkan, dan sasaran peningkatan kualitas pendidikan juga harus dipertajam. Perlu dukungan dari semua pihak baik pemerintah, swasta maupun masyarakat guna percepatan peningkatan kualitas pendidikan yang ada di Kabupaten Bengkayang di masa yang akan datang.

8. Angka Kematian Bayi dan Anak

Angka kematian bayi merupakan indikator penting untuk melihat tingkat kesehatan masyarakat. Angka ini sangat sensitif terhadap perubahan kondisi bayi, orang tua, khususnya sang ibu, kondisi perumahan, serta kondisi kesehatan lingkungan orang tua sang bayi tinggal. Angka kematian bayi ini dirumuskan sebagai jumlah kematian bayi berumur dibawah 1 tahun selama tahun tertentu dibagi dengan jumlah kelahiran pada tahun yang sama. Biasanya angka kematian bayi dibedakan menurut jenis kelamin.

Berdasarkan data susenas 2003-2004, angka kematian bayi laki-laki lebih besar dibanding angka kematian bayi perempuan dan tren penurunan bayi. Angka kematian bayi laki-laki pada tahun 2003 di Kabupaten Bengkayang sebesar 53,71 dan pada tahun 2004 menjadi sebesar 3,60. Selanjutnya, angka kematian bayi perempuan pada tahun 2003 adalah sebesar 40,29 dan pada tahun 2004 menjadi sebesar 40,21. Artinya di Kabupaten Bengkayang pada tahun 2003, dari setiap 1000 kelahiran yang terjadi terdapat sekitar 54 bayi laki-laki dan 41 bayi perempuan yang meninggal. Namun demikian, pada tahun 2004 terdapat sekitar 53 bayi laki-laki dan 40 bayi perempuan yang meninggal. Target Indonesia Sehat 2010 adalah menurunkan angka kematian sampai 40 kematian bayi per 1000 kelahiran hidup. Data angka kematian bayi untuk tahun 2006, diperoleh dari laporan registrasi puskesmas adalah sebanyak 59 kematian bayi dan kelahiran hidup sebanyak 4.150 kejadian sehingga berdasarkan laporan tersebut angka kematian bayi yang ada sebesar 14,22 per 1000 kelahiran hidup. Namun emikian, angka tersebut belum mencerminkan kondisi sesungguhnya mengingat pencatatan vital masalah kependudukan (lahir, mati, dan pindah) belum bagus sehingga diduga pelaporan banyaknya kelahiran baik yang hidup maupun yang mati tidak semuanya tercatat. Apalagi jika dilihat lebih jauh di daerah pedesaan yang masih belum terjangkau fasilitas kesehatan, masyarakat masih menggunakan bidan kampung dimana resiko pada saat proses kelahirannya lebih tinggi.

Angka harapan hidup adalah salah satu indikator yang biasa digunakan untuk mengetahui rencana pembangunan di bidang kesehatan di masa yang akan datang sekaligus sebagai evaluasi pembangunan kesehatan yang telah dilaksanakan. Angka harapan hidupjuga dibedakan menurut jenis kelamin.

Rata-rata angka harapan hidup penduduk laki-laki Kabupaten Bengkayang tahun 2004 adalah sebesar 65,30 dan meningkat menjadi sebesar 66,10 pada tahun 2005. Selanjutnya, rata-rata angka harapan hidup penduduk perempuan Kabupaten Bengkayang tahun 2004 adalah sebesar 69,20 dan meningkat menjadi 70,10 pada tahun 2005. Dengan demikian, berdasarkan data tersebut dapat disimpulkan bahwa rata-rata hidup penduduk perempuan lebih lama dibanding dengan penduduk laki-laki. Hal ini disebabkan karena perbedaan daya tahan hidup antara penduduk laki-laki dengan perempuan. Rata-rata daya tahan hidup penduduk perempuan lebih tinggi dibandingkan dengan penduduk laki-laki. Sebagai contoh, pada saat lahir, bayi laki-laki lebih sering terkena penyakit kuning yang rawan berakibat pada kematian bayi laki-laki sedangkan bayi perempuan lebih jarang mengalaminya. Pada saat dewasa, penduduk laki-laki juga lebih sering bekerja pada bidang yang berhubungan langsung dengan hal-hal yang membahayakan nyawa sedangkan penduduk perempuan jarang yang bekerja pada bidang tersebut.

9. Tingkat Partisipasi Angkatan Kerja (TPAK)

Tingkat partisipasi angkatan kerja menunjukan besaran rasio antara jumlah angkatan kerja dengan penduduk usia kerja. Adapun yang masuk angkatan kerja (labour force) adalah penduduk usia kerja yang bekerja (employed), tidak bekerja, dan mencari pekerjaan (unemployed). Yang masuk dalam kategori bukan angkatan kerja (not in labour force) adalah penduduk usia kerja yang masih sekolah, mengurus rumah tangga, dan melaksanakan kegiatan lainnya (pensiun, cacat, dan sebagainya).

Pendekatan angkatan kerja memiliki aturan dasar yang harus konsisten. Azas pertama adalah eksklusivitas yang berarti bahwa penduduk usia kerja hanya dapat digolongkan dalam satu kategori dalam komposisi penduduk usia kerja. Seseorang yang dikategorikan bekerja tidak boleh dimasukkan lagi dalam kategori sekolah atau mengurus rumah tangga meskipun dalam kenyataannya orang tersebut melakukan dua aktivitas yang berbeda. Azas kedua adalah prioritas yang berarti bahwa urutan prioritas kategori ditentukan secara pasti, yaitu bekerja, mencari pekerjaan, sekolah, mengurus rumah tangga, dan lainnya. Jika
seseorang bekerja tetapi juga sekolah maka orang tersebut digolongkan sebagai penduduk bekerja. Demikian pula, bila seseorang mengurus rumah tangga tetapi juga bekerja maka orang tersebut dikategorikan sebagai bekerja meskipun sebagian besar waktu yang dimiliki digunakan untuk mengurus rumah tangga atau sekolah. Azas ketiga adalah rujukan waktu, BPS menggunakan konsep seminggu terakhir sebagai rujukan waktu survei.

BPS mendefinisikan bekerja sebagai kegiatan ekonomi yang dimaksud untuk memperoleh atau membantu memperoleh upah atau gaji, pendapatan atau keuntungan, paling tidak satu jam selama periode yang termasuk dalam rujukan survei (seminggu yang lalu). Selanjutnya, konsep mencari pekerjaan adalah kegiatan seseorang yang tidak bekerja dan pada saat survei, orang tersebut sedang mencari pekerjaan. Konsep mencari pekerjaan tidak terbatas pada rujukan waktu seminggu yang lalu karena jika mereka sedang berusaha mendapatkan pekerjaan dan permohonannya telah dikirim lebih dari seminggu yang lalu maka tetap dianggap sebagai mencari kerja.


Tabel persentase penduduk berumur 10 tahun ke atas menurut kegiatan seminggu yang lalu dan jenis kelamin

TABEL 4.2.1. PERSENTASE PENDUDUK BERUMUR 10 TAHUN KE ATAS MENURUT KEGIATAN SEMINGGU YANG LALU DAN JENIS KELAMIN
Table
Percentage of 10 Years Age and Over Population by Type of Activity During The Previous Week and Sex
2006
Jenis Kegiatan
Type of Activity Laki-laki
Male Perempuan
Female Jumlah
Total
(1) (2) (3) (4)
1. Angkatan Kerja 74,54 42,04 59,22
- Bekerja 69,06 33,98 52,53
- Mencari Kerja 5,48 8,06 6,70
2. Bukan Angkatan Kerja 25,46 57,96 40,78
- Sekolah 21,62 21,57 21,60
- Mengurus Rumah Tangga 0,16 33,65 15,94
- Lainnya 3,68 2,74 3,23
Sumber/Source: BPS Kabupaten Bengkayang
Keterangan/Explanation: diolah dari Susenas 2006


Berdasarkan hasil Susenas tahun 2006, diketahui bahwa tingkat partisipasi angkatan kerja (TPAK) Kabupaten Bengkayang adalah sebesar 59,22 persen, baik yang sedang bekerja maupun yang sedang mencari pekerjaan. Hal ini berarti bahwa pada tahun 2006, dari 100 enduduk usia kerja (15 tahun keatas), terdapat diantaranya 59 orang yang masuk dalam angkatan kerja atau dengan kata lain, ada sekitar 59 persen penduduk usia kerja yang aktif secara ekonomi. Dilihat menurut jenis kelamin, TPAK laki-laki lebih tinggi ibandingkan TPAK perempuan. Hal ini dirasa wajar mengingat perempuan lebih banyak mengurus rumah tangga dan bukan masuk dalam penduduk yang aktif secara ekonomi.













BAB III
PENUTUP

A. Kesimpulan

Dari berbagai hal yang telah dijelaskan didepan, maka dapat disimpulkan bahwa:
1. Kabupaten Bengkayang merupakan salah satu kabupaten baru di provinsi Kalimantan Barat yang mulai terbentuk setelah adanya undang-undang otonomi daerah. Dasar pembentukan Kabupaten Bengkayang adalah Undang-Undang Nomor 10 Tahun 1999.
2. Penduduk Kabupaten Bengkayang masih didominasi oleh penduduk usia muda sehingga
beban ketergantungan (dependency ratio) masih sangat tinggi. Selain itu, komposisi
penduduk perempuan lebih sedikit dibanding penduduk laki-laki.
3. Rata-rata pendidikan perempuan di Kabupaten Bengkayang masih lebih rendah
dibandingkan dengan rata-rata pendidikan laki-laki. Namun demikian, kemampuan
bertahan perempuan di tingkat pendidikan tertentu lebih tinggi dibandingkan dengan laki-laki.

B. Saran

1. Perlu adanya perhatian pemerintah Kabupaten Bengkayang dalam hal pembangunan daerah agar perkembangannya lebih baik.
2. Diperlukan upaya nyata untuk meningkatkan pembangunan SDM yang lebih baik agar Kabupaten Bengayang lebih maju lagi.









Daftar Pustaka

http://id.wikipedia.org/wiki/Kabupaten_Bengkayang
http://www.bengkayangkab.go.id/profile/view/53
http://kalbar.bps.go.id/Bengkayang/file/product/kda/grafikkda/grafikpenduduk_files/image003.gi f
http://id.wikipedia.org/wiki/Kabupaten_Bengkayang
http://disbudpar.kalbarprov.go.id/news/238-visit-kalbar-2010.html
http://www.bengkayangkab.go.id/profile/view/53